(Enzo)
Ketika suatu hal tak berjalan seperti yang kita inginkan, cara teraman hanya dengan berpura-pura, itu saja
***
“Elo berhutang ke gue!”
“Tapi aku nggak pernah merasa minta bantuan pada siapapun!” gadis bernama Coppelia ini terlihat cantik bahkan ketika dia marah dan mengerucutkan bibir merahnya.
“Oh…begitu! Hati-hati aja, Aimee and minion-nya bisa lebih jahat dari monster” aku mencoba menakut-nakutinya. “Anggap aja elo sekarang di bawah perlindungan gue!” Aku membukakan pintu mobil, aku tau dia butuh tumpangan, dan yeah, dia masuk juga bahkan tanpa menyadarinya.
“Hey, aku nggak mau ikut mobil kamu!” tiba-tiba saja dia berteriak, dia baru tersadar.
“Elo baru di sini kan?” aku menunjukkan tampang mengejek. “Tempat ini nggak ramah buat newbie”
“Okay, fine!” dia menyerah, kalah.
Aku masuk mobil dan mulai melajukannya.
“Coppelia…” aku menyebut nama yang terasa janggal di lidah.
“Yeah?”
“Gue…Cuma mau melafalkan nama elo, nggak ngerasa kalo nama itu, aneh?” aku agak mengejek namanya, aku senang melihat wajah kesalnya.
“Coppelia…nama yang cantik”
“Yeah…dan aneh”
“Boleh nggak nyebelin?” dia memutar bola matanya
“Boleh, asal loe berhenti masang tampang cantik permanent di muka elo!”
“Boleh nggak ngegombal?” kesabarannya di ambang batas, wajahnya kesal luar biasa.
“Nggak!” aku menjulurkan lidah.
“Kita bikin kesepakatan!”
“Wah…”
“Deal?” dia memelototiku “Okay aku akan bayar kamu karena udah nolongin dan nganterin aku, kamu cuma perlu bilang berapa nominalnya!” wajahnya merah karena marah, tapi semakin marah dia tampak semakin mempesona.
“Nggak semua hal bisa dibayar pake duit!” aku sedikit keberatan, seolah aku tipe manusia yang bisa dibayar.
“Jangan tersinggung tapi aku tau duit memperlancar banyak hal”
“Gue nggak butuh duit! “
“Jadi? Semuanya selesai, hanya duit alat pembayaran yang berlaku, setauku!” dia bicara cepat, dan terdengar galak. Aku mencoba tak menyerah menghadapinya. Yeah kusadari sepertinya kondisinya berbalik sekarang, bukankah seharusnya aku yang memegang kendali? Yeah kendali masih ditanganku! Takkan kulepaskan.
“Baiklah…singkatnya…anggap saja kita barteran” otakku mulai mencari cara agar aku tak jadi merugi. “Kita buat sebuah kesepakatan, dan aku yang mengajukannya!” bodoh, aku mempertegas hal yang sudah sangat jelas, kebodohanku semakin nyata sekarang.
“Ketulusan rupanya sudah punah bersama para manusia purba” dia menggumam.
“Setahu gue, yeah begitu”
“Jadi?”
“Pacar tajir elo, balik ke Zurich?” aku mencoba membukanya dengan pertanyaan.
“Kamu nguping!” dia terlihat kesal sekali
“Anggap aja gue beruntung mendengar pembicaraan elo…selagi cowok elo nggak ada gue mau ngajak elo untuk bermain-main dengan kesetiaan, melanggar komitmen itu kadang bisa jadi petualangan yang menyenangkan!” dari wajahnya aku tau dia pasti akan marah.
“Satu lagi yang sudah punah! Ke-se-ti-a-an!” dia mengejekku.
“Begitulah!”
“Jadi?”
“Kita bakal seri kalo elo mau bantuin gue! Okay, elo boleh mikir gue makhluk paling hina sedunia, tapi asala elo tau aja, kalo gue nggak ada perasaan apa-apa buat Aimee, dia boleh koar-koar ngakuin ada hubungan diantara kita, gue dan dia, tapi masalahnya…singkatnya nggak ada kucing nolak ikan, ketika dia datang bawa sesuatu yang nggak bisa ditolak cowok…” aku mulai menjelaskan maksud dan tujuanku.
“Apa yang nggak bisa ditolak cowok?” dia memotong pembicaraan dan sebenarnya aku tau dia dalam otaknya, maksudku sudah tersampaikan
“Aimee goda gue dengan…cowok adalah makhluk yang gampang horny, kalo-kalo elo butuh informasi! Aku terpaksa menjelaskannya secara gamblang.
“Gue nggak percaya kalo ada cewek kayak gitu” tampang skeptisnya lebih tak percaya padaku daripada isi ceritaku!
“Gue kenal dia sejak lama!”
“Dan?”
“Intinya, kayak yang gue omongin tadi, elo pura-pura jadi cewek gue!” akhirnya aku mengatakannya! “Untuk menghindari Aimee, gue nggak mau lagi dapat masalah dengan dia” aku memutar ulang kejadian saat ciuman penuh nafsu di ruang keluarganya jadi peristiwa memalukan yang pernah kualami.
Dia terdiam hening dan terlihat seperti sedang berpikir, menimbang-nimbang dan…pokoknya harus ada sebuah kesepakatan, huah, kesabaranku yang hampir ikut punah sekarang.
“Aku selalu hidup dalam kebohongan….bisa dibilang drama, kepura-puraan adalah hal yang membesarkanku….jujur, aku selalu ingin merasakan kehidupan yang sebenarnya.. apa adanya, aku tak mengerti dengan semua yang terjadi…aku pernah menjalani hidup bagai putri dalam dongeng, dunia nyata adalah impianku, tapi kalian yang ada di dunia nyata malah lebih suka berpura-pura” kata-katanya terlalu berat untuk dicerna otak payahku.
“Ketika suatu hal tak berjalan seperti yang kita inginkan, cara teraman hanya dengan berpura-pura, itu saja.” Aku akhirnya bisa membalas kata-kata beratnya.
“Baiklah, mungkin kita memang harus selalu berpura-pura, menggunakan topeng untuk menutupi hal yang tak ingin kita hadapi.” Dia berpikir sejenak, menimbang lama, dalam keheningan yang terasa sangat panjang.
“Belok di depan” dia membuka suara lagi, tapi bukan jawaban yang kunantikan.
“Berhenti!” katanya lagi. “Terima kasih” dia hendak turun dari mobil dan nyaris mengabaikan kesepakatan.
“Hey, elo jangan pura-pura lupa!”suaraku meninggi.
“Okay, deal!” dia tersenyum, manis. “Tapi bersikaplah jadi pacar yang baik, dan lakukan apa yang kuinginkan, totallah dalam berpura-pura, dan jangan pernah jatuh cinta padaku! Aku punya seseorang yang kucintai, bagaimana? Sanggup menerima syaratku?” dia berkata dengan mimik muka serius.
“Aku tak punya pilihan selain berkata iya! Panggil aku aktor kelas dunia.” Dan aku keluar dari mobilku, untuk membukakan pintu mobil, dia keluar dengan gerakan yang sangat anggun, seakan-akan dia terlahir bagai putri dalam dongeng, dan mungkin saja begitu, saat kutatap bangunan di depanku, bangunan yang disebutnya rumah.
“Mansion?” aku bertanya dengan keterkejutan luar biasa, sebuah rumah besar mewah seperti istana-istana klasik dalam buku mewarnai Disney.
“Yeah” dia menjawab singkat tanpa menganggap ini sebuah ketertakjuban luar biasa “Sampai ketemu besok pagi, jangan terlambat!” dan dia berbalik, berjalan pergi dalam langkah-langkah anggun yang terlatih.
Sepertinya sesuatu akan menjadi lebih rumit sekarang, hey! Ini yang kamu inginkan Enzo! Aku mengingatkan otak tololku yang sekarang baru kusadari mengambil langkah keliru, dan yeah aku takkan bisa mundur sekarang. Sial, aku termakan kesepakatanku sendiri!
0 comments