Rahasia Gadis (23)


(Enzo)

               Menatap cewek yang sedang melahap salad dengan lahap di depanku ini membuatku mulai membanding-bandingkannya dengan cewek yang baru saja kutinggalkan di meja sebelumnya, benar-benar berbeda. Cewek di depanku sekarang makan bahkan tanpa menghitung kalori dari makanan yang sedang disuapi ke mulutnya, dia tak ragu saat mengunyah, dan dia terlihat seperti seseorang yang menikmati makanan. Normal, dan yeah menghargai makanan adalah hal yang baik, mengingat anak-anak di negara-negara dunia ketiga banyak yang terpaksa mati di usia sangat muda karena kekuarangan makanan.

               “Copelia”sapanya, aku ingat dia cowok tadi pagi.
               Ketujuh cowok-cowok yang bersamanya, lebih suka berpura-pura dan mengabaikan kehadiranku.
               “Boleh cicipi saladnya?” tiba-tiba saja aku berkata begitu, gadis itu menatapku dengan keheranan. “Well, cewek-cewek lainnya makan dengan hati-hati sementara melihatmu makan seperti…benar-benar menikmati.”
               “Yeah” dia menyodorkan mangkuk saladnya” aku menyendokinya, menyuapi ke mulutku, mengunyahnya dan yeah serasa salad biasa.
               “Banyak makan nggak takut gemuk?” aku bertanya, basa basi biasa, dan kupandangi respon dari para cowok di sekitarku.
               “Aku tak takut makan apapun” dia agak tertawa” kebanyakan cewek tak ingin makanan lebih dari 800 kalori”
               “Bukan hanya cewek tapi si Vicky juga kayak gitu” salah satu cowok itu nyeletuk, seandainya saja aku bisa menyingkirkan mereka, dan menyisahkan aku dan Copelia berdua saja. Karena gara-gara celetukan tadi cowok-cowok alay ini malah ngobrol dengan berisk.
               Copelia tertawa kecil, ketika tertawa dia terlihat berbeda.
               “Copelia” aku memanggilnya
               “Yeah?”
               “Kapan kita bisa bicara berdua saja?” aku secara langsung menanyakannya. Tapi pertanyaanku rupanya membawa respon lain untuk para cowok di sampingku ini.
               “Copelia punya cowok namanya Raken”
               “Playboy lapangan basket jangan kadalin Copelia”
               Aku jadi ingat cowok yang meninggalkan boneka kayu di loker Copelia hari minggu lalu.
               “Liat di meja sebelah, cewekmu ulai naik darah” Kupandang ke arah meja sebelah, Aimee memandang dengan marah, hey dia tak pantas marah, aku bangkit dari kusri dan pergi, akan lebih mudah untukku men-dribblebola di lapangan saja.


0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Evo Sastra
Designed by Evo Sastra
..
Back to top