(Aimee)
Terbanglah tinggi-tinggi sejauh sayapmu mampu mengepak
Tapi janganlah terlalu tinggi
Bila tak ingin terasa menyakitkan saat menghantam bumi
Harusnya otakku tidak seidiot ini, tapi seandainya kalian jadi aku kalian pasti akan melakukan hal yang sama. Aku baru lagi masuk ke sekolah setelah sepanjang minggu melakukan aktivitas melelahkan namun menyenangkan, yeah pemotretan untuk salah satu majalah fashion remaja di Seoul, Korea Selatan. Tak perlu kukatakan selebihnya, virus Korea-koreaan memang tengah merajalela. Ini adalah langkah awal karier profesionalku, sebelumnya, tanpa harus kujelaskan dengan gamblang, aku adalah fotomodel Facebook, akulah artis dunia maya, tak terhitung berapa jumlah para manusia miskin identitas, kepribadian, dan kepercayaan diri yang memplagiatkan diriku dengan memakai foto-foto yang menampilkan tampang fotogenic cantikku.
Baiklah kita kembali ke awal karena aku rasa kita telah terlalu jauh keluar dari topik. Pagi tadi saat aku keluar dari mobil (bisakah kamu menggunakan imajinasimu untuk membayangkan bagaimana adegan itu?) Aku baru saja memarkir mobil Grand Livina-ku yang berwarna maroon cantik. Membuka pintu mobil dengan gaya elegant, memandang ke seantero lapangan parkir, seakan-akan aku merindukan tempat ini, dengan langkah ala top model di atas panggung run away dunia aku mulai berjalan penuh percaya diri, kulempar senyum kepada mereka yang menyapa, wait. . .ada suara yang begitu familiar di telingaku, bunyi kamera mengambil gambar. . .otakku berputar cepat, tapi mataku menatap cepat kulihat seorang pria tinggi besar dengan kamera menggambil gambarku dengan sembunyi-bunyi yeah tak salah lagi mereka paparazzi!!!!!!!Di awal karierku, bahkan media telah menyamakanku dengan para seleb Hollywood, okay baiklah, kamera adalah sahabat baikku dan aku telah akrab dengannya sejak kecil dulu, kucoba pasang posemengagumkan dengan ekspresi yang alamiah, aku tahu mereka memotretku lagi dan berkali-kali. . .sayangnya moment itu harus dirusak oleh kehadiran anggota minion-ku; Nikita dan Sheza.
“ you look georgeous as always” pekik Nikita, antara kerinduan meluap seorang sahabat juga kekaguman seorang penggemar. Aku memberinya satu pelukan hangat, menempelkan pipiku kepada pipinya, kulakukan hal yang sama juga pada Sheza, hey kamera itu terus mencuri gambarku.
Aku berbisik pada keduanya “girls, ada paparazzi yang mengikutiku, tunjukan pesona bintang kalian, pura-pura tersenyum seperti para gadis sampul, anggap saja kalian bisa tertular popularitasku”
Dan karena pada dasarnya tolol, kedua cewek cantik yang tak kebagian otak ini dengan noraknya berteriak. . .
“Paparazzi??? Apa itu sama dengan sejenis Peperoni??? Jenis pasta baru? Makanan Italia mana lagi??? kayaknya kita kudu nyobain segera”
“Oh My God!” aku menghela nafas sambil menggelengkan kepala dengan dramatis, okayaku mengaku, kenapa aku memilih mereka untuk menjadi . . .sahabat-sahabatku, yeah karena otak idiot mereka yang akan dengan gampangnya aku putar balik tapi dalam keadaan begini, harus kukatakan bahwa aku harusnya memikirkan alasan lainnya dulu, fiuh mereka sungguh memalukan.
“Bukan!” aku nyaris kehilangan kontrol emosi “ Paparazzi adalah. . .semacam fotografer yang mencuri foto-foto orang terkenal, seperti para bintang Hollywood, mereka memotret mereka secara diam-diam, sembunyi, dan rahasia.” aku mencoba menjelaskan pada mereka secara sederhana agar otak mereka bisa dengan mudah mencernanya.
Keduanya menatapku kagum lalu memelukku. . . Terlalu keras dan aku nyaris remuk
“Hey jangan berlebihan” antara tawa dan haru aku memerintah mereka untuk berhenti bersikap berlebihan seperti itu.
“Kami sungguh mengagumimu!' kata mereka lagi, berbarengan dengan nada ceria.
“Ini berkat kalian, sayang' aku berusaha rendah hati, kedua mata mereka berbinar penuh kekaguman menatapku.
Seorang pria datang, entah siapa dia, wajahnya terlihat seperti orang yang menyenangkan.
“Hi ladies” sapanya ceria, dalam nada kompak kami menjawab “hai” balasan
“Kalian terlihat luar biasa” dia tersenyum,menatap Sheza, sekilas. Menatap Nikita, sekilas. Menatapku lebih lama dengan tatapan orang yang terpesona atas karya Tuhan yang sangat indah.
“Kalian mempesona” kalimat itu membuatku bersemu merah, Nikita dan Sheza jadi salah tingkah.
“Kalian punya pesona bintang, cantik, muda, belia, penuh talenta, mempesona, mengagumkan, menakjubkan, dunia pasti jatuh cinta pada kalian”
Hey tiba-tiba saja sayap perak putih sehalus sutra tapi kokoh dengan glitter mengkilat tumbuh di punggungku dan menerbangkanku ke langit ketujuh
“Okay ladies, so, kalian berdandanlah seperti bintang Hollywood fenomenal; Marilyn Monroe, Demi More, Julia Robert, Angelina Jolie, atau siapapun yang kamu inginkan, bersiaplah untuk party, ladies!' dia menyerahkan undangan glamour berwarna gold dan silver sambil berkata dalam nada ceria dan menyenangkan walau tak lagi terdengar begitu, karena harus kukatakan itu menyakitkan! Bayangkanlah kamu di atas sana dengan pelangi, bulan, aurora, bintang-bintang, kupu-kupu, burung-burung dara, kunang-kunang, bidadari, para peri dan segala keindahan dunia, lalu tiba-tiba saja sayap perak berglitermu yang mengagumkan koyak dan membuatmu jatuh terjungkal kebumi, aku tak pantas dipermalukan seperti ini, bahkan hanya gara-gara kegeeranku sejujurnya, well, (tak ingin) kuakui.
Sungguh aku membenci dan pastinya tak suka keadaan ini, apalagi ketika kedua idiot ini mulai cengir kuda menjengkelkan, aku harus punya seseorang yang harus disalahkan, tentunya bukan diriku, tapi cewek yang sedang tersenyum ala Audrey Hepburn di film Breakfast at Tiffanny di undangan party glamour-nya. Sebuah ide melintas di otakku, yeah aku tahu cara menghancurkan pesta dengan meriah.
0 comments