Motret temen yang mukanya bagus untuk saya potret dengan hasil seperti nampak baru habis dipukulin atau baru siuman dari operasi yang gagal karena dokternya ngantuk. Kecuali Yoso (mijn vriend oco 5575 dust), selain seperti orang yang baru saja ketabrak mobil, mukanya mampu mengingatkan kita ke masa lalu, ke masa-masa indah waktu kita masih tinggal di goa dan berburu mamut bersama-sama setiap hari rabu dan sabtu. Atau adakah yang masih ingat dengan Pithecanthropus Mojokertensis? Itulah penduduk asli Indonesia sebelum kita datang dari dataran Yunan dengan menggunakan perahu. 
Sedangkan Peter (mijn vriend ukla voor 45 coust), mengingatkan kita pada masa-masa dunia masih membutuhkan seorang manusia bijaksana yang berdiri di atas bukit. Berbeda dengan Peter lainnya (mijn vriend peter 9873rotis) saya sengaja memotretnya dengan jarak yang lebih dekat lagi. Hasilnya sesuai harapan, bisa mengingatkan kita kepada masa-masa indah ketika kita masih bergabung bersama gerombolan penyamun yang sembunyi di rumah kosong. 
Saya memotret semua itu dibantu oleh kawan-kawan saya yang lapar, yang masing-masing bertugas sesuai perintah. Salah satunya Imamsyah yang saya suruh memegang senter untuk disorotkan ke muka objek penderita. Ada juga, Nandang, yang tugasnya memegang ram kawat untuk tujuan bisa memberi efek tertentu pada muka Yoso dan Peter. Mereka adalah kawan-kawan saya yang baik, yang selalu mau setiap saya traktir makan baik hari sedang hujan maupun panas. Kalau ada yang bilang bahwa ketiga potret yang saya tampilkan di sini nampak sadis dan mengerikan, saya heran, saya juga merasakan hal yang sama. Sebetulnya ada banyak potret yang lainnya, yang masih se-tema dengan yang ada di sini, tetapi tiga saja dulu juga sudah cukup untuk membuat saya tidak perlu memasang yang lainnya. Biarlah photo-photo yang lainnya tersimpan dengan aman di dalam harddisc komputer saya, menjadi kenangan tersendiri buat saya bahwa saya di suatu hari yang hujan, di bandung, pernah memotret mereka dan senang.
0 comments