Timur Sinar Suprabana:
sajak dari punggung bukit
dari punggung bukit di mana ketika itu aku berdiri dalam kegamangan
sembari mengenangkan engkau, o, yang makin berjarak dengan ingatan:
aku menyaksikan lingir langit berhimpit dengan akhir hamparan laut
yang kian menjauhkanku dari kemungkinan kembali berpaut.
barangkali itulah sebab mengapa aku seperti mengapung dan melayang
sebagai rasa bimbang yang kehilangan pegangan dan jalan terang.
mungkin benar, sebaiknya mulai sekarang kuklikop saja ingatan tentangmu
dan tak usah menjaga hurufhuruf yang selalu kupakai menuliskan namamu.
barangkali betul mesti begini: berkemas, pergi, menumpas segala peduli
meski hidup bakal pasi, basi dan tiada pernah lagi mencecap manis gelali.
seperti kesunyian ruang berudara kosong, berdebu, penuh bercak di dinding
di mana dulu kita melekapkan berkasberkas rencana dan harapan tak berdaging.
kekasihku, tanah air hatiku, tumpah darah kalbuku, pautan tulangtulang igaku
mengapa engkau kini menjadi muasal kemeranaan yang menestapakan hidupku?
aku merana kerna Cinta terbuktikan melalui ibu yang meracun anak-anaknya,
aku menestapa kerna makin banyak yang kehilangan keteguhan akal sehatnya,
aku merana dan menestapa kerna harapan kian kehilangan daya juang
dan juga kerna berbilang orang tak lagi punya peluang selain jadi pecundang.
kekasihku, tanah air hatiku, tumpah darah kalbuku, pautan tulangtulang igaku
mengapa engkau mempedayaiku lewat mitosmitos yang berumah di masa lalu?
mengapa engkau menipuku dengan undangundang, kepres dan perda
yang ternyata tak membuktikan apaapa dan tiada mengajak tiba ke manamana?
apakah kamu telah menjadi padang pembiakan yang melahirkan para pembual, makelar,
germo, penipu, maling, pemalsu, gangsir, begal dan tukang jagal?
kerna kamu selalu membisu dan meludahkan pertanyaanpertanyaanku
maka dengan sedihpilu dan tersedu kuputuskan menglikop kamu dari ingatanku
dan menghapusmu dari garismaris yang terpeta di telapaktanganku.
semarang. mei 2008
0 comments