Perempuan Bersayap Putih
Kau pun turun dari langit bertabur kata-kata, bersama
bintang-bintang yang tertera dalam layar. “Selamat pagi,”
sapamu rutin dalam gambar tersenyum..padahal malam
belum selesai. Descartes masih berujar tentang bidadari
yang berpikir: cogito ergo sum. Sungguh aku tak suka pada
dunia yang tercipta karena logika. Pikiranku hanya ada di
layar komputer, dalam otak central prossesing unit…
Oke, Bill Gates boleh bersembunyi di balik sayap putihmu,
dalam gurauan windows senyummu. “Tersenyumlah wahai,”
pintamu dalam huruf-huruf tak beraturan..di antara ucapan
selamat ramadhan. Pesta dimulai bertepatan happy daymu
yang ditandai dengan: ‘datang bulan’. Sesuatu yang tak aku
suka atas kehidupan glamour. Kenapa tak kau sadari bahwa
ponselmu pun hasil ciptaan manusia, bukan sekadar gengsi…
Lihatlah, kau mulai menggodaku dengan sayap putihmu, dan
puisi-puisi terindah tentang rindu dan cinta. “Inilah hatiku..,”
bisikmu meski aku tahu itu basa-basi..dan sayap-sayapmu
mengembang. Bersama kunang-kunang tawa Milan Kundera
dengan pijaran cahaya: Tuhan yang tertawa. Di sini segala
menghablur antara kata dan rasa. Dan kau tersenyum bagai dulu
saat pertama kulihat di langit malam, tentang kurenai…
Semarang, 2 September 2008
0 comments