Timur Sinar Suprabana:
di angin yang mendesau dari tenggara
selalu serta
bagai sungguh memang tertera
di angin yang mendesau dari tenggara
: melekap derita
rasa sengsara, bagai tuah,
mencari celah
antara cahya purnama dan malam
: entah sembunyi atau hendak menikam.
di mana engkau ketika bintangbintang
tak nampak meski padahal bertahun kaupandang?
bersama siapa engkau saat tengkuk melembab
namun bukan oleh keringat dan sepasang matamu sembab?
aku, sebagaimana dulu, mengembara
tanpa rasa gembira.
engkau, mungkin betul hingga kini, merantau
semata kerna menurutkan risau.
baiklah, mari, mumpung angin mendesau dari tenggara
kita lupakan saja segala perasaan yang selalu gagal terutara.
mari jadi perahu, melaut, melautlaut,
menjemput, apa saja, selain maut
ataukah sesungguhnya berpaut
hanya patut Justru pada maut?
23.37.
29.08.2012.
semarang.
0 comments