Timur Sinar Suprabana:
pauk
seperti angin ketika mendesau
ke jauh dengan risau,
angina njojoh merata
mengacaukan pandang mata,
rasa pegal di tengkuk
bikin nyeri teraduk.
hendak ke manakah aku
jika ragu menuju ke kau?
rasa bosan menunggu
bikin segala sewarna sagu,
begitu gelap
begitu lengket dan senyap.
aku butuh datang
namun bagaimana bisa jika tak kauundang?
aku rindu memeluk
tapi kau tahu tiada itu bisa jika tak kaujaluk.
maka aku pergi
ini kali mencari ketela rebus buat kuragi.
di banyak titik pada ribu lajur jalan
bertebar dan mengapung kesunyian,
kerna orangorang
bahkan untuk berangan telah pula gamang,
dan burungburung sudah lama tak terbang melintas
hingga udara pun terhampar pias dan kebas.
ingin kembali bisa kudengar
pernyataanpernyataan yang tak mengandung gentar,
amarah, harapan berlebihan, atau pun rasa getir
yang cuma bikin mandeg segala yang dulu mengalir,
dan kupisah diri sejauh yang kubisa dari koran,
televisi, desasdesus dan tudingan yang berbau selokan.
ada kalanya, kadang dengan telapak tangan berkeringat,
aku menemu diri sedang berurusan dengan entah berapa banyak jerat,
seperti menempuh jalan ratusan kilometer penuh lubang dalam
hingga perjalanan pun tak bisa bebas dari waswas dan kelam.
ketika itu orangorang justru berpesta tiap jam
tanpa peduli hari telah jauh melampaui malam.
pauk
saling memeluk
....
pagut memagut,
renggut merenggut
....
12.25
30 oktober 2012
semarang.
0 comments