kangen
seperti angin tenggara,
kangen ini datang begitu.
merontokkan kembang mangga,
membuat bayi-bayi sawanan.
berapa anakmu sekarang,
apakah suamimu masih suka cemburu kepadaku?
pada angin, gagal kutanya alamatmu,
lewat hujan kutitipkan salamku.
mungkin foto yang kuberikan,
sudah kau buang.
kadang aku masih bodoh berharap, suatu malam
kau terjaga oleh senandung yang dulu syairnya kukarang.
tak juga bisa kulupakan aroma tubuhmu.
sempat kutimbang,
apakah lantaran aku cuma memberi bimbang,
lantas kau menghilang?
Semarang, 14 november 1992.
0 comments