Timur Sinar Suprabana:
berangkat
ketika kauberangkat
berharap bisa urai dari rasa terikat
semacam menolak mempercayakan hati terhadap cuaca
segala yang kau sedang simak jadi mendadak tiada terbaca
seolah tiap huruf atau pun tanda tibatiba bersungkup kabut
dan segera kau pun berharap, di Sana, ia rela menjemput
meski kau tahu sudah terlambat memanggil pulang rindu
yang dulu pernah sempat selalu memerah dadu
ayun langkah itu, rasakan, betulkah mereka mula keniscayaan
dari sepasang kaki kirikananmu yang bergantian memastikan tujuan
jika peta tak mengandung tanda, kode atau bahkan sekadar sisa impian
yang kau nekat kekalkan sebagai semacam kenangan.
gemetar oleh gamang yang memang kini kian sudah makin memar
kaukata, seperti meracau gulana dan gundah, tiap merah pastilah mawar
dan itu pula, semacam godaan, yang menunda saat kapan layar mesti dibiar berkebar.
”aku berangkat,” katamu. dan untuk kali pertama kukenali rasa tak peduli
ketika ingatan mempertemukanku dengan bagaimana dulu kau duduk di dekat tiang lampu itu
: sebuah taman, sepi, selalu, tiap aku ke situ
dan kau, kubayangkan, sendiri, menjelang senja, di teras berlantai lempeng batu.
aku berpikir, “sesungguhnya, pernah ke manakah engkau
jika bahkan saat menuju hatiku pun kaurisau.
sudah sedang tiba di manakah engkau ketika dingin dan angin saling cekau?”
jalan ini, lurus, memang lajur yang tak terurus
dengan jurang di kirikanan bertebing nyaris tegak lurus yang terus tergerus.
”bukan oleh cuaca buruk menahun,” kataku pada diri sendiri saat ingat percakapan kita.
”melainkan lebih oleh saat semua tanda ditakluk kata.
menjadi perbantahan percuma
yang bahkan tak lebih berharga dibanding sesobek kain perca.”
hari gagal manjing di hati.
hati memilih minta mati.
ada yang Salah saat kau bilang, “aku berangkat.”
namun ternyata berjingkat
.....
10.21
21.01. 2012.
semarang.
0 comments