1 month ago
Cermin ~ Bu Minah dan Tejo
Setelah lulus dari SD Tejo bingung melanjutkan ke sekolah umum atau aliyah. Mengetahui tetangga rumah yang orang tuanya berkeinginan memondokkan anaknya, Tejo langsung melaporkan ke ibuknya.
''Buk, Tejo ingin mondok. Seperti Yadi anak pak Ahmadi. Tetangga sebelah.''
''Nanti ibuk sampaikan ke bapak kamu nak. Kalau bapak pulang dari kerja.''
Kembali ke dapur melanjutkan memasaknya, mata bu Minah brebes mili setelah mengetahui keinginan anaknya, Tejo, untuk mondok. Di sisi lain bu Minah merasa khawatir jika para tetangga mengetahui, pasti akan menjadi bahan perbincangan. Pasalnya Brandal, bapaknya Tejo dikenal oleh para tetangga sebagai pemabok. Pernah suatu hari di pagi hari Brandal terkapar sehabis minum minuman keras di teras rumah tetangga. Setelah kejadian itu, para tetangga banyak yang memperbincangkannya. Selalu saja ada keluhan dari Yati, kakak Tejo, saat pulang dari kumpulan (ReMas) Remaja Masjid. ''Buk mbok ya bapak disuruh berhenti minumnya. Yati malu mendengar perkataan para tetangga tentang bapak yang sukanya mabok. ''Sabar ndok, kamu kan tahu watak bapak itu keras dan gampang marah. Ibuk hampir tiap hari menegur bapakmu agar berhenti minum. Tapi ibuk justru kena cacian dan tamparan dari bapakmu. Do'akan bapakmu supaya diberikan hidayah oleh Allah swt dan bertaubat.
~¤¤¤~
''Buat apa dipondokkan toh buah jatuh tidak jauh dari pohonnya,'' kata salah seorang tetangga saat ngobrol dengan ibuk ibuk di teras rumah. Sore pukul 04.00 wib. ''Iya ya buk,'' sambung ibuk yang lain. Ibuk satunya lagi pun tak mau ketinggalan, ''pak Ahmadi kan baik ya pantas kalau anaknya dipondokkan. La kalau si Tejo bapaknya saja sukanya mabok. Tidak pernah sholat di musholla. Kok ikut ikutan mau dipondokkan.''
Bu Minah sudah terbiasa mendengar omongan para tetangga lewat cerita dari anaknya, Yati. Saat bertemu tetangga di jalan atau di perkumpulan arisan, bu Minah tak banyak bicara. Tak ada komentar atau tanggapan. Ia terima berbagai omongan yang kurang mengenakkan sebagai cobaan dalam hidupnya karena memang suaminya, Brandal, seperti itu. Meski dalam batinnya seakan menahan beban yang sangat berat. Sebenarnya bu Minah ada keinginan untuk bercerai dari suaminya. Tapi setelah berfikir dan menimbang berbagai kemungkinan, ia memutuskan tetap mempertahankan rumah tangganya. Ia tidak ingin menelantarkan ke empat anaknya yang masih butuh kasih sayang. Ali yang baru masuk TK Besar. Ari baru kelas 3 SD. Tejo yang sekarang minta dipondokkan dan terakhir Yati sudak kelas 3 SMA. Mereka semua butuh kasih sayang dan pendidikan yang maksimal. Masih beruntung Brandal mau bertanggung jawab atas keempat anaknya dan istrinya dengan mencukupi kebutuhan hidup dan sekolah anakanaknya. Selebihnya bu Minah yang mengurusi segalanya. Dari mencuci pakaian, memasak, urusan sekolah, perkumpulan arisan, menengok orang sakit, dan jika kepepet butuh hutang uang pun yang mencari hutangan bu Minah. Setidaknya Brandal tidak lepas tangan walaupun ia hanya seorang supir truk yang mengirim ikan laut ke bos bos ikan di jakarta dan jawa timur.
~¤¤¤~
Pada akhirnya Brandal memenuhi keinginan Tejo untuk mondok, setelah bu Minah membujuk suaminya.Beberapa sarung dan baju koko baru sudah dipersiapkan. Selain orang tua Tejo, Adik dan kakaknya serta simbahnya ikut mengantar Tejo ke pesantren. Mobil carry hitam sewaan sudah siap melaju ke salah satu pesantren yang berada di kota Pati. Tepatnya Kajen. Dengan penuh riang Tejo bergumam sekaligus berharap penuh dalam hatinya;
''Saya akan buktikan bahwa tak selalu benar anggapan ''buah jatuh tak jauh dari pohonnya.'' Tuhan,limpahkanlah hidayah kepada bapakku agar bapakku sadar dan mau meninggalkan kebiasaan buruk yang tidak patut itu.''
0 comments