Kabar baiknya pertunangan Mamaku diperpanjang sementara pernikahannya ditunda, kabar buruknya oma Dyah tengah sekarat akibat nguping berita buruk Amanda, Amanda memang merasa berdosa tapi kupikir dia lumayan berbahagia, pernikahannya tengah direncanakan, akibat dibawah tekanan akhirnya Kevin terpaksa menikahi Amanda.
Berhubung ada mitos yang mengatakan ada pantangan bahwa dalam sebuah keluarga dilarang melangsungkan pernikahan dalam tahun yang sama, untuk alasan yang entahlah tapi yang jelas pasti tak masuk akal, sehingga mamaku harus mengalah demi pernikahan Amanda yang mendesak dan tak bisa ditunda, ini idiot Kevin dan Amanda baru kelasXI, semua orang tau kalo ini kasus Maried By Accident! Jadi buat apa buruburu? Tapi aku senang, paling nggak aku punya waktu untuk menggagalkan pernikahan Mama. Tak sabar untuk memberitau papa tentang penundaan pernikahan, tiba-tiba ide gila melintas diotakku, aku ingin Papa menculik mama lalu mereka kawin lari di Karibia atau Las Vegas, kedengarannya romantis dan menantang dan pastinya seru! Tapi sayangnya ini bukan drama Hollywood.
***
Aku dan Papa merayakan pembatalan pernikahan Mama dengan berpesta gila-gilaan, ada musik dan banyak coklat dan permen, yeah bukan pesta liar tapi sangat menyenangkan, dan esoknya di sekolah aku mengajak Audy untuk nongkrong bareng si kembar, yeah aku tau aku sedikit nggak adil pada Audy. Suasananya luar biasa kikuk, Audy dan si kembar berasal dari dunia yang berbeda, lagipula bila flashback ke masa lalu, Dido pernah mematahkan hidung audy, Dido memukulnya dengan tongkat Baseball cuma gara-gara masalah kecil di kelas 3 dulu. Semua makan dalam diam dan kalaupun ada yang mencoba berbicara pasti tak mendapat tanggapan yang berarti, lagipula cowok emang payah dalam hal komunikasi.
Seseorang mencolek bahuku, ternyata Lea dengan muka melankolis parahnya
“Kenapa?” tanyaku datar nyaris tanpa ekspresi
“Duduk!” perintah Fido tegas sambil menawarkan kursi yang ada diantaranya dan Dido, Lea duduk dengan patuh.
“Kenapa semuanya pada nggak ngajak Lea kesini, ngajak makan bareng kayak gini, kayak dulu-dulu? Kenapa tempat Lea digantiin Audy” Lea berbicara dalam nadaantara marah ingin protes, tapi juga takut, sementara Audy langsung tersedak saat namanya disebut, aku bisa mengartikan ada nada jealous dalam suara Lea.
“Kita pada bolos ye. . . . dari tadi . . . . . nah bel pulang baru mulai, kelas elo kan baru aja bubaran, nggak mungkin ngajak-ngajak elo dong” Dido mulai bohong untuk menyelamatkan keadaan, Dido memang selalu bisa diandalkan.
“Kita pada bolos ye. . . . dari tadi . . . . nah bel pulang baru mulai, kelas elo kan baru aja bubaran, nggak mungkin ngajak-ngajak elo dong” Dido mulai bohong untuk menyelamatkan keadaan, Dido memang selalu bisa diandalkan.
“Awalnya Audy ada urusan sama gue” potong Dido “Elo mau kan jadi keyboardist buat band gue ma Fido?Lea, loe ih nggak tau kalo gue ma Fido mau buat Band, nah si Audy gue minta buat ngisi keyboardist, atau loe juga mau gabung, jadi kabelist? Hehehe”goda Dido dalam kebohongan instant-nya, Aku, Audy dan Fido saling menatap dalam diam.
“Lea, loe mau bakso gak? Gue suapin ya. . . . ” tawar Dido
Lea menggeleng lemah, air matanya meleleh, sialan! Airmata Lea bikin aku frustasi.
“Apa sih mau loe?” aku membanting kaleng sodaku ke meja “elo jangan posesif!gue nggak mesti ada di samping elo tiap waktu! Gue berhak punya kehidupan sosial dengan orang lain! Gue bukan pengidap social disorder kayak loe! Gue tau sebenarnya loe nggak sakit, loe cuma manja, gue bukan baby sitter, Bailey udah pergi dan elo nggak tau gue nyaris korbanin banyak hal buat bikin hidup loe save tanpa Bailey, sekarang Bailey udah nggak ada, tugas gue buat jaga loe udah selesai!”Aku mulai bicara cepat dan tak sabaran, aku ingin berteriak tapi suara yang keluar lebih mirip desisan, karena aku masih takut menyaiti perasaan selembut marshmallow-nya.
“Lea sayang sama Keyra,. . . . .Keyra nyelamatin banyak hal dalam hidupLea. . . . Lea nggak ngerti tapi Lea nggak suka Audy . . . . .Lea tau Keyra ngehindarin Lea supaya Keyra bisa sama Audy “Dia berbicara dalam tangisnya, sepertinya kata-kata si kembar ada benarnya.
“Apa maksud loe?” tanyaku jutek
“Keyra nggak ngerti perasaan Lea”Isaknya, Dido memeluk Lea sambil menenangkannya, sementara Fido menunjukkan ekspresi menyalahkanku, Audy mencoba menguatkannku, dia menggengam tanganku dibawah meja.
“Perasaan yang kayak gimana, hah?”
“Lea nggak tau mesti ngomong apa, ini salah tapi bener dimata Lea”
“Semuanya salah!oke?” gue nggak ada urusan apa-apa sama elo! Gue nolongin elo cuma gara-gara gue hutang budi karena loe udah nampung gue di rumah loe, sekarang semuanya udah kebayar kan?” si Bailey udah gue usir!”ini bukan kalimat yang ingin aku katakan tapi mulutku memuntahkannya sendiri.
“Lea salah karena perasaan Lea, tapi Lea tau Keyra juga sayang sama Lea…”Dia mulai menangis “Coba tanya diri Keyra”
Dia benar, aku menyayanginya, tapi ya ampun itu hal yang seharusnya aku hindari, aku tak mau terjebak, yeah itu cuma perasaan sesaat, bentuk lain dari rasa kasihan dan kepedulian, aku tau itu nggak bener, aku menyayanginya seperti aku menyayangi seorang sahabat cewek yang seumur hidup nyaris tak kumiliki, yeah seperti itu, tapi kenapa sekarang aku sendiri seakan tak yakin?”
Aku menarik tangan Audy dan mengajaknya pergi meninggalkan Lea yang masih menangis dan si kembar yang menunggu jawabanku, Audy menggenggam tanganku saat kita pulang.
***
Aku mengajak Audy pulang ke apartement, dia pergi dan cuma meninggalkan pesan di pintu kulkas (dia mulai seperti mama sekarang).
Sejak tadi aku dan Audy tak saling bicara, hanya otakku yang terus menerus membentak kebodohanku dulu, semua salahku, aku yang membuat Lea memiliki perasaan seperti itu dan akupun mulai dibingungkan oleh perasaan yang kumiliki.
“Cinta itu cuma reaksi kimia yang terjadi di otak yang disebabin oleh phenylethylamine, kan?” Aku bertanya pada Audy, Audy tak bisa menjawab, aku tau dia bingung sebingung diriku.
“Boleh minta tolong?”tanyaku pada Audy
“Apapun” katanya tulus
“Bikin gue yakin kalo gue sayang sama elo. . . . please cium gue. . . . ” Audy terkejut dengan permintaanku
“Please. . . . . ”
Dan Audy menuruti permintaan.
Audy mendekatkan bibirnya ke bibirku, atau lebih tepat menekannya, terasa kaku tak berasa apa-apa, hanya daging ketemu daging, aku menyerah, aku melepaskan diriku,vaku tau dia kecewa, aku tersenyum tipis.
“Usaha yang bagus” kataku” kita ulangi sekali lagi!” Audy menciumku lagi, pelan dan lembut tapi aku tak membalasnya, entahlah aku bingung, aku melepaskan diri lagi, seandainya Audy cowok brengsek maka dia akan marah, dia hanya diam menatapku yang makin frustasi.
“Yeah. . . . .gue memang payah” kataku akhirnya, lebih pada diri sendiri
“Seharusnya kita lebih rileks, suasananya harus lebih romantis. . . . mau es krim?”Aku bangkit dari sofa tanpa sempat melihat wajah Audy, aku takut bila ia berpikir aku
merasakan hal yang sama seperti yang Lea kira.
Aku membawa sekotak es krim chocolate chocochips yang isinya tinggal setengah dan dua sendok, kita memakannya dalam diam, bukan karena godaan es krim yang begitu nikmat tapi lebih untuk memiliki kegiatan lain dalam suasana canggung ini.
“Hey. . . . sepertinya kita perlu menyalakan musik” aku memutar lagu Kiss Me dari Sixpence None the Richer, Audy mengerti maksudku, dia menyentuh pipiku perlahan
dengan ibu jarinya, aku merasakan sentuhan lembutnya, lalu dia menyentuh bibirku pelan-pelan dengan bibirnya, aku bisa merasakan nafasnya yang segar, bibirnya yang manis dan lembut, secara alami aku membalasnya, aku bisa menerima apa yang Audy rasakan dan akupun membalasnya, well sebuah ciuman hebat, persis seperti yang terjadi disemua film atau novel romantis,aku menjadi tokoh cewek seperti mereka, cewek yang bahagia yang tau bahwa dia jatuh cinta, bukankah itu hebat?”
0 comments