The Uncensored Confession of a Love Child 10



Aneh! Ke sekolah bukannya dengan si kembar tapi dengan Azalea yang menggandeng tanganku, risih banget ! apalagi puluhan pasang mata melirik sambil berbisik-bisik, biasanya aku cuek aja tapi situasi kayak gini bikin aku mau nggak mau merasa peduli dan sedikit gugup.
Our new BFF” teriak Bailey keras diiringi tawa “dayang-dayangnya”, Tara dan Amanda “Paris Hilton and Nicole Richie or Serena van der Woodsen and Blair Waldorf sih lewat! Persahabatan baru dengan combine unik, Keyra dengan bakat menciptakankekacauan  dengan si menyedihkan Azalea, penderita Social Disorder parah hahahahahahahaha. . . ”
Wait. . . wait. . . .wait. . . ” sela Amanda “ The Twin Troublemaker-nya mana?”
“Kayaknya mereka udah bubar, dan meurut gue sih mereka bukan new BFF tapi new couple, itu dia kenapa trio troublemaker itu bubar, si kembar naksir Keyra tapi ternyata si Keyra L-E-S-B-I-A-N! inget dong perkelahian si kembar minggu kemaren tuh gara-gara rebutin Keyra sayang baget padahal si kembar lumayan cute” cerocos si Ratu gosip, Tara.
“Yeah. . . . si Audy juga pasti bakalan patah hati nih!”sindir Bailey “ternyata loe boleh juga” Bailey mendorong bahuku, emosi, kubalas mendorong Bailey ke tembok. “Gue lesbian atau apapun itu masalah gue! Satu hal yang nggak boleh loe lakuin adalah mengganggu Lea!
“Siapa elo?” teriak Bailey
“Gue bakal melindungi Lea” kataku sambil menjambak rambut pirang Bailey, ia meringis kesakitan.
“Loe nggak kan bisa ngelindungin dia kalo elo di skors karena loe udah nyakitin gue, guru-guru pasti percaya sama gue daripada sama elo!” ancam Bailey, kulepaskan jambakanku” Thanks” katanya pelan dalam senyum licik. “Oke, gue nggak bakalan gangguin Lea kalo loe bisa. . . . .”
“Bisa apa?”
Simple-nya ini disebut taruhan”
“Gue bakal ikutin permainan loe” jawabku tanpa takut
“Gue nggak yakin loe bisa menang mending loe mundur aja Key” ejek Amanda
“Taruhannya apa?” kataku tegas
“Kalo elo menang gue nggak akan gangguin Lea dan gue akan keluar dari sekolah ini, tapi kalo loe kalah selama sisa waktu loe di sekolah ini, loe jadi jongos gue, deal?
“Oke deal!” aku optimis
“Yang harus loe lakuin adalah . . . .” Bailey menggantung kalimatnya, sementara
Amanda dan Tara tertawa-tawa dengan gaya mengejek.
“Bulan depan ada private party Hitler is Monster. . .. ” Amanda dan Tara berteriak histeris mendengar Bailey menyebut Hitler is Monster “Gue ada di guest list mereka, well, karena gue pernah jadi model vidklip mereka, oke yang harus loe lakuin adalah bagaimanapun caranya loe harus ada di party itu, dan loe punya waktu kok buat mundur”
Nope!” agak ragu tapi harus aku lakukan walaupun aku mesti mempermalukan diriku di depan si penjahat sperma.
“Kalo gitu siap-siap menghadapi kekalahan!”ketiganya berlalu.


***

Mau nggak mau aku pergi menemui si kembar usai sekolah, mereka ada di kantin dengan tampang bosan, lama kita diem-dieman sebelum akhirnya Dido memecah ketenangan.
“Seandainya loe masih ngambek sampai besok Key, gue bakal berangkat ke Gaza buat jadi relawan”
“Seenggaknya loe masih punya niat baik” kataku sedikit ketus, sisa-sisa kejengkelanku.
“Mau apa elo?”giliran Fido bicara, pertanyaannya bikin aku tersinggung, aku siap-siap pergi dan menarik kembali niat buat baikan apalagi mau minta pertolongan mereka.
“Loe nggak ngerti Key, gimana kecewanya bokap elo akibat penolakan loe dulu, kita pikir loe bakal senang punya bokap, jadi gue ma Dido nyoba bikin kalian bisa bicara berdua, tapi teryata usaha kita sia-sia, loe sama sekali nggak menghargai apa yang udah kita lakuin. Kita nggak berharap elo berterima kasih, yang kita harapin cuma loe seneng, karena dengan ngeliat elo seneng kita juga ikut seneng. “ Bukannya melanjutkan perjalananku aku malah berbalik arah untuk memeluk Fido., Dido ikut bergabung memeluk kami berdua, suasana ini bikin aku terharu, Fido mengacak-acak rambutku, dan Dido mulai menggodaku.
“Ternyata elo punya airmata juga.”
“Antarin gue ke tempat si Penjahat Sperma!” Bisikku pelan, Fido tak suka dengan julukkanku, ada ekspresi protes di mukanya. “Maksud gue bokap.”
“Apa yang bikin elo pengen ketemu dia?”Tanya Dido
“ Gue mesti dapat undangan untuk private party Hitler is Monster bulan depan!”
“Bukannya elo udah proklamirkan diri untuk membenci Hitler is Monster?”
“Ini masalah taruhan!”jawabku tak sabaran
“Jadi elo cuma manfaatin bokap elo?”ada nada kurang setuju dari Fido
“Gue nggak punya cara lain” aku mulai putus asa “ Gue taruhan dengan si Bailey Bully, kalo gue bisa jadi guest di private party HIM, si Bailey bakal berhenti gangguin Lea, dan juga bakal keluar dari sekolah, tapi kalo nggak, gue bakal jadi jongosnya selama sisa sekolah.”
“Kenapa elo begitu peduli pada Lea?” Tanya Dido curiga.
“ Gue cuma berasa berutang, pertanyaannya sekarang adalah, kalian bisa bantuin gue apa nggak?”
“Apapun!”
Bertemu lagi dengan si PS bikin perasaanku campur aduk, aku tak tahu harus bagaimana ketika ia membuka pintu apartemantnya dan menyuruh kami masuk, si kembar seperti terbiasa dengannya ini aneh karena, ya ampun akulah anaknya bukannya si kembar! Dido mulai bercerita tentang masalahku dan responnya. . . .
“Seorang ayah pasti bisa selalu bisa diandalkan, cuma ada syaratnya”
Aku cemberut tak setuju!
“Gue pikir memenangkan taruhan dari si Bailey bikin gue terhindar dari perbudakan, gue tau loe cuma mau jadiin gue budak kan?”
“Mama kamu ternyata nggak bisa melunakkan kepalamu ya?” candanya. Jayus kurasa.
“Gue nggak tau darimana gue mewarisi sifat keras kepala kayak gini.” Sindirku
“Itu artinya kamu mengakui bahwa aku papamu.” Dia menggodaku, sementara Fido dan Dido sibuk main Play Station, mengalihkan perhatian dari pembicaraanku dan si PS.
“Ya secara biologis, tapi nggak secara hukum.”
“Aku tau itu tapi bagaimana kalo secara emosional?” pertanyaan yang sulit untuk dijawab.
“Entahlah” aku tak yakin
“Apa kita bisa mencoba utuk belajar jadi sebuah keluarga?” “Caranya?” permintaannya memancing antusiasku
Well, udah pasti kamu jadi special guest list di private party nanti dan kamu nggak perlu jadi ‘budak’ untuk itu” dia memberi tanda kutip dengan jarinya pada kata budak “tapi aku hanya ingin minta satu hal, kamu tinggal bareng denganku selama seminggu, aku ingin mengenalmu lebih dekat, seenggaknya ini sedikit meringankan rasa bersalahku.”
“Bukannya elo nggak bersalah karena ketidaktahuan elo?” ejekku
“ Kamu nggak ngerti Key”
“Itu karena gue bego, itu kan yang elo maksud?”
“Justru karena kamu pinter sehingga kamu nggak mengerti, kamu terlalu sering menyelesaikan semuanya dengan otakmu, walau bukan berarti kamu nggak punya perasaan, kamu hanya terlalu takut untuk menggunakan perasaanmu. . . . ”
 Apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran
“. . . . apa sekarang aku bisa menelpon Mamamu untuk meminta izin? Dan setelah itu kita bisa mengambil barang-barangmu” tanyanya
Untuk pertama kalinya aku tersenyum tulus padanya dan entah ada dorongan darimana yang membuat aku benar- benar ingin memeluknya.



0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Evo Sastra
Designed by Evo Sastra
..
Back to top