The Uncensored Confession of a Love Child 6




Aku dijebak oleh SI-PENJAHAT-SPERMA-YANG-TAK-TAU-TUJUANKONDOM- DICIPTAKAN (aku sengaja tak menyebutnya si pejahat kelamin, soalnya menurutku itu terdengar seperti seseorang yang tanpa moral), ceritanya: seperti malam-malam biasa, aku dan Fido-Dido nongkrong di atap sekolah dan tanpa sepengetahuanku, si penjahat sperma (panggilan singkatnya) ada disana, dia ingin bicara denganku katanya ia ingin menjelaskan semuanya, tapi karena aku selalu menghindarinya jadi ia meminta bantuan pada si kembar, dan si kembar dengan senang hati akan membantu rocker idiot favoritnya.

“Cara loe licik banget tau! Loe bayar berapa teman-teman gue?” kataku sinis.
“Kita minggat ya” kata si kembar sambil ngacir, mereka nggak berani melihat mukaku, setelah keduanya pergi barulah si penjahat sperma buka suara.
“Kita bisa omongin hal ini baik-baik dan secara dewasa,kan?”
“Gue nggak mau ngomong baik-baik! Gue nggak mau bersikap dewasa! gue nggak pengen ngomong sama loe!” aku berteriak histeris, sebenarnya aku nggak mau bersikap seperti ini, ini cuma nunjukkin betapa nggak beresnya aku, dan mama sama sekali nggak berhasil mendidik aku, aku merasa sedikit bersalah pada Mamaku.
“Oke, gue. . . maksudnya, Aku tau kamu membenciku, tapi ketidaktauanku atas keberadaanmu bukanlah kesalahan yang tak bisa dimaafkan” katanya pelan dan hati-hati.
“Gue mau tanya sekarang, loe punya otak nggak buat mikir? Hey! kalo loe ngerasa pernah ML sama cewek dan seandainya loe cowok yang punya tanggung jawab, mestinya loe amati siklus menstruasi si cewek biar loe tau sperma yang udah loe keluarin jadi baby apa nggak?” tanyaku ketus.
“Aku sering bolos di jam Biologi” Katanya putus asa dan dia berharap apa yang dikatakannya terdengar seperti sebuah candaan, dipikirnya dengan alasan seperti itu semuanya akan beres? Ya ampun ternyata jawabannya. . .  dia sama sekali nggak punya otak!
“Dan dengan pengetahuan loe yang cetek itu, loe bisa dibilang berani banget untuk melakukan aktivitas seksual! jangan bilang kalo loe ML sama nyokap gue cuma buat praktekin teori-teori yang loe dapat dari bacaan porno dan film bokep? Dan setelah itu loe pasti koar-koar di depan teman-teman loe yang otaknya sekotor got , bahwa loe udah berhasil jebolin seorang cewek bego. . . .”
Hey, hey, hey, calm down girl!” Dia mencoba menenangkanku “Satu hal yang perlu kamu tau, aku bukan cowok seperti itu dan mamamu terlalu berharga buat dijadikan sebuah objek seks!”dia menghela nafas pelan” Adonanmu dibuat di malam prom nite, besoknya mamamu akan ke Amrik untuk belajar hukum, dia cewek jenius sementara aku disini masih dianggap sebagai personel band pecundang yang hedonis oleh orangtuanya,
dan yang paling aku sesali mamamu tak pernah belajar hukum di Amerika dan itu karena ada bagian dari diriku yang berkembang dirahimnya, sementara aku baru mengetahui semuanya tepat minggu lalu, saat mamamu menjadi stylist-ku di pemotretan untuk majalah remaja, aku terkejut melihatnya, dia menghindariku sama seperti kamu menghindariku.”
I don’t care” teriakku histeris “loe nggak tau gimana irinya gue dulu pas ngeliat anak-anak lain punya bokap sementara gue nggak! loe nggak tau gimana nyakitnya dikatain bastarddan nyokap yang loe sayang dikatain bitch, loe nggak ada disaat. . . ”
Aku tak sanggup menyelesaikan kata-kataku, aku terisak dan dia memelukku, erat kutepis pelukannya dan aku lari meninggalkannya. Entah kenapa akhir-akhir ini aku
berubah jadi atlet marathon yang selalu lari dan lari, bukan untuk menejar garis finish
tapi untuk lari dari masalah. Aku merasa seperti pecundang kecil!
Akhirnya aku kembali lagi ke sekolah, skors seminggu penuh cukup melelahkan aku harus menerima begitu banyak kejutan tak menyenangkan. Dan setelah malam di  atap yang kulewati dengan si Penjahat Sperma, sudah kuputuskan bahwa aku harus menghindari si kembar, mungkin niat mereka baik dengan menyusun sebuah pertemuan antara aku dan si penjahat sperma, hanya saja otakku saat ini enggan untuk diajak berpikir positif. Jadi apa yang telah dilakukan si kembar kuanggap sebagai suatu bentuk penkhianatan yang tak bisa begitu saja dimaafkan, sejujurnya ini menyiksaku tanpa mereka hidupku terasa ada yang kurang. Kita bertiga tak pernah diam-diaman seperti ini, oke kita pernah bertengkar hebat, tapi itu bukan karena hal sebesar ini, pertengkaran kita hanya sebatas; Fido curang saat main monopoli, Dido mengambil jatah tiramisuku atau ketika aku terkena sindrom pra menstruasi dan aku jadi luar biasa menyebalkan.
Melihat mereka berdua nongkrong di pojokkan kantin pas istirahat bikin aku pengen berada disana bersama-sama mereka, tapi. . . .yeah mungkin aku terlalu mendramatisir masalah ini atau semacamnya, tapi aku masih belum bisa melupakan jebakan yang mereka buat yang memaksaku untuk bertemu dan berbicara dengan si penjahat sperma. Sudahlah aku pasti kuat melewati ini, ini cuma masalah kebiasaan saja.
“Key. . . ” sebuah panggilan lemah keluar dari bibir sesosok cewek manis yang ada di depanku, dia berdiri dengan rapuh seakan-akan kakinya tak mampu menopang tubuhnya, sementara ekspresi wajahnya. . . seandainya dia berada di layar kaca, maka ia bisa membuat berjuta-juta penonton ikut menangis terharu. Dia Lea.
“Loe diapain lagi sama si Bailey?” tanyaku ketus.
“Lea. . . Lea. . . Lea “ dia tergagap” Lea dikatain aneh dan gila, padahal . . . Lea, nggak tau mesti ngomong gimana” Dia menangis jadikupeluk dia. Aku jadi teringat pelukan si Penjahat sperma, sejujurnya aku menyukaipelukannya hanya saja aku tak mau terbawa perasaan jadi kutepis pelukannya dan akupergi dengan berlari, sudahlah! Sebaiknya aku melupakan semuanya! Kubawa Lea keluardari kelasku , dan kepergian kami diikuti oleh lirikan beberapa pasang mata yang ingintau apa yang terjadi. Ada apa dengan orang-orang? kenapa mereka selalu saja ingin tauurusan orang lain! Jadi kuajak Lea ke perpus, dan disana kami duduk dipojokkan,ditempat yang kuyakini tidak akan ada orang lain yang akan menguping pembicaraan kami,agar Lea bisa tenang bercerita tentang masalahnya.
“Loe bisa ceritain semuanya sekarang!” aku mengelap air mata yang menetes dipipinya dengan tissue, kuselipkan rambutnya yang berantakan di balik telinganya dan kugenggam tangannya untuk menguatkannya. Sekarang ia akan merasa lebih baik.
“Sebenaranya, Bailey itu sepupu Lea, itu sebabnya kenepa Lea nggak mau ngaduin apa yang udah Bailey lakuin pada Lea ke BP. . . ”dia terisak pelan. “Bailey selalu begitu. . . .dia nggak pernah suka sama Lea, karena. . . ini bego! Bailey iri karena Lea punya Mama-Papa yang sayang sama Lea, tapi Bailey nggak! Mommy-Daddy-inya udah cerai dan nggak ada yang mau ngebawa Bailey, Bailey ditinggalin di apartement sama seorang nanny ,Mommy-Daddynya cuma ngasih materi tapi Bailey nggak pernah dapat cinta dan perhatian, sebenarnya Lea kasian sama Bailey”dia terisak lagi.
Pantas kelakuan Bailey kayak gitu, aku bisa menduga seperti apa orang tuanya, Ibunya pasti seperti Rita Revolusa dan Ayahnya seperti Hanibal Lecter, hingga dia memiliki otak kriminal seperti penghuni Nusakambangan. Kasihan Bailey, kenapa sih para orang tua maunya bikin anak doank, tapi giliran dimintai cinta dan kasih sayang , mereka pada ngilang.
“Bailey tau kalo Lea ngalamin apa yang disebut dengan Social Anxiety Disorder , itu sebabnya Lea ngak pernah masuk ke sekolah formal” dia menghela nafas, lalu dia bicara lagi ” Lea kelewat pemalu, Lea nggak bisa ngomong di depan orang lain biasanya Lea bakal lupa apa yang Lea omongin, apalagi kalo orang itu bukan orang yang Lea kenal. Lea juga bakal ngerasa luar biasa cemas sampe keringatan, mual-mual dan gemetaran. Wajar memang kalo Lea dikatain aneh, kalo ada orang rame-rame mandangin Lea, Lea bakal malu dan panik berat Lea takut kalo orang lain bakal berpikiran yang macam-macam tentang Lea , Lea takut dibikin malu sama orang lain.” Dia menutup wajahnya dengan kedua tanannya seperti orang yang sedang depresi berat ”Dan tadi. . . Bailey nyuruh  anak-anak dikelas liatin Lea terus-terusan sampe Lea malu sendiri dan serangan paniknya datang lagi, Lea keringetan, gemetaran, mual-mual dan dia mulai ngeledekin Lea gila!”dia menghela nafas lagi, setelah tenang barulah ia melanjutkan ceritanya “Lea udah minum obat, ikut banyak terapi dan semacamnya sampai ada perkembangan positif, jadi Lea dimasukin ke sekolah formal sama Mama, sebenarnya Lea masih takut tapi Lea cuma mau nyenengin Mama, Mama pengen banget Lea senormal anak-anak lainnya, kadang Lea masih dapat serangan panik tapi kalo pengen nyenengin Mama mestinya Lea berusaha kuat, Lea nggak bisa kayak gini terus-terusan, tapi anehnya sejak awal Lea merasa percaya banget sama Keyra walaupun. . .”
“Nggak usah dilanjutin”potongku “Loe tau, gue janji gue bakal ngelindungin elo, oke? Dan masalah Bailey, dia bisa gue handle, dia memang kudu dapat pelajaran, nggak peduli dia nggak mendapat perhatian dari ortunya, dia nggak bakal dapat cinta dari siapapun kalo dia terus bersikap seperti itu.”


0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Evo Sastra
Designed by Evo Sastra
..
Back to top