Ada dua hati yang sama-sama hancur dalam ruangan ini, sama-sama saling berdiam diri dan pura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, papa menatapku dan mencoba membacaku lewat matanya, aku melakukan hal yang sama, kusadari sekarang, aku benar-benar mirip dirinya.
“Key. . . ”
“hmmmm. . . .”
Dia mencoba mengajakku berbicara, aku menunjukkan respon menolak dan dia tidak memaksaku, kita menikmati keheningan yang kami ciptakan.
Cukup lama kami menyiksa diri dalam kesepian ini, sampai kami sama-sama terlena oleh film Armageddon, ini memang film lama tapi ini adalah kali pertama aku menontonnya dan aku merasa menyesal tak menontonnya sejak dulu, ceritanya tentang pengorbanan seorang Ayah untuk putrinya, Ayahnya rela mati untuk menggantikan tunangan putrinya, menngharukan!
“Apa Papa akan melakukan itu untukku?” kataku di akhir film
“Bahkan lebih dari itu” dia mengusap rambutku dan mencium lembut keningku
“aku beruntung memilikimu, hanya kamu yang menguhubungkan aku dengan Mamamu, kamu adalah hal terindah darinya”
“Apa Papa patah hati?” tanyaku hati-hati
“Bisa dibilang hancur Key” jawabnya dengan senyum yang dipaksakan Aku menggenggam tangannya, menatapnya lekat-lekat dan berkata “kita akan bersama-sama mengobati hati kita”
***
Hikmah terbaik dari kejadian ini adalah semua lagu di album Hitler is Monster adalah lagu-lagu patah hati yang romantis, aku yakin albumnya akan meledak di pasaran, patah hati bikin Papaku mengahsilkan karya yang indah yang paling penting aku lebih menyayanginya sekarang, aku benar-benar belajar untuk mencintainya, aku mempelajari kebiasaan-kebiasaannya, apa yang disukainya dan apa yang dibencinya, aku mengajarinya hidup sehat, dan hal-hal sepele semacamnya, kita akan menjadi sepasang ayah dan anak yang hebat, kita benar-benar belajar untuk menjadi sebuah keluarga,
walaupun bukan keluarga komplet.
Si kembar, Audy dan bahkan Lea membantuku untuk melanjutkan hidup, mereka melakukan banyak hal untuk membuatku lupa dengan kesedihanku, aku benar-benar berterima kasih pada mereka, tapi aku juga sedikit mengutuki diri sendiri karena merasa bersalah pada Lea, aku belum memberitahunya tentang aku dan Audy.
Aku adalah teman yang payah !
Sesekali Mama menelponku untuk memastikan semuanya baik-baik saja, seharusnya dia tau semuanya takkan pernah jadi lebih baik, mungkin permintaanku berlebihan, awalnya aku hanya ingin seorang papa, setelah memilikinya aku sempat menolaknya dan setelah menginginkannya lagi aku ingin menyatukan keduanya, mama dan papaku, hanya saja sayangnya cuma keajaiban Tuhanlah yang bisa menyatukan keduanya.
Sementara Omaku yang insensitive malah berkali-kali mengajakku membicarakan tentang pernikahan, oke aku memang mengizinkan Mamaku menikah tapi itu adalah keterpaksaan tiada tara, aku juga tau Oma sangat ingin merepotkan diri dengan pernikahan putrinya, tapi setidaknya oma menjaga perasaanku sedikit saja, cukup dengan tidak melibatkanku pada pernikahan idiot itu!
0 comments