Hidupku berubah beberapa hari ini, hubunganku dengan bokap membaik (kita menemukan banyak kesamaan yang bikin kita cocok, misalnya; kita sama-sama suka nonton TV sambil berdiri), nyokap lebih perhatian saat aku jauh (dia menelpon setiap jam dan mengirim jutaan SMS), Oma menghilang dari hidupku (kurasa ini hanya untuk sementara waktu), dan sekarang bukan aku yang sering melewatkan waktu dengan si kembar tapi Lea, well, setidaknya itu lebih baik, jadi aku bisa punya waktu lebih banyak dengan Audy untuk pacaran di perpustakaan (kita baru aja jadian, aku tak ingin menceritakan detailnya, oke?), sebenarnya dulu aku tak benar-benar menolak Audy, aku cuma perlu waktu untuk mengenalnya lebih dekat dan menilai apa dia pantas untuk aku pacari, ternyata dia terlalu baik untuk kutolak,terlalu care untuk aku cuekin, terlalu keren untuk aku anggurin, intinya. . . yeah, aku mulai jatuh cinta, sayangnya kita mesti backstreet, karena aku belum siap untuk memberitahu si kembar dan juga Lea.
***
“Malam Sabtu ada party di rumahnya Brenda” Audy menginformasikan
“Party?” tanyaku polos
“Party-ketika-ortumu-nggak-ada-di-rumah, mengerti maksudku?”
“Yeah, sejenis party liar yang siapa aja boleh datang dan kamu boleh melakukan apapun di sana?”
“Ya. . . .hmmmm apa kamu mau kamu mau kalo kita ikutan gabung di sana?” Lama aku menimbang “hmmmmm. . . . oke!”
***
Audy menjemputku, kami pergi terburu-buru dan aku rasa aku tak perlu repotrepot untuk minta izin, aku tahu bokapku bukan tipe orang dengan sejuta aturan. Ternyata Brenda adalah si cupu dari kelas akselerasi yang bulan kemarin jadi peraih emas di Olimpiade Matematika. Orangtuanya sedang menikmati liburan Imlek di Beijing, jadi ia buat party supaya ia bisa di terima oleh komunitas, menyedihkan! Tak ada yang peduli dengan siapa yang punya party, yang mereka pedulikan hanyalah bagaimana cara menikmati party. Aku melihat Bailey dan dayang-dayangnya beserta pacarnya masing-masing mulai gila-gilaan di dance floor, aku berani bertaruh mereka berada di bawah pengaruh alcohol. DJ mulai memainkan Dance for Life-nya DJ. Tiesto, party mulai hidup. Audy mengajakku ke dance floor untuk bergabung dengan yang lainnya, tapi kutolak, aku lebih suka jadi pengamat dan nongkrong di mini bar sambil sesekali menggoyangkan kepala mengikuti musik, Audy di sampingku membisIkkan joke-joke gila yang membuatku tertawa, bartender menawariku minuman tapi ditolak Audy.
“Kalo elo punya milkshake, baru elo boleh tawari cewek gue” katanya pada si bartender.”Liat itu deh!”bisik Audy, aku mengikuti arah tangannya, terlihat Kevin dan Amanda saling bertukar liur dan mengerayangi di sofa, Audy menutup mataku sambil berbisik “tontonan tujuh belas plus” aku tertawa sambil meninju bahunya, Audy mengacak-acak rambutku. Pandangan kami berpindah ke arah Alank yang terlalu teller untuk berdiri , dan kami melihat ada 1001 kenehan di ruangan itu, semua orang ternyata punya cara sendiri-sendiri untuk menikmati pesta, dan tiba-tiba pandanganku tetuju pada sosok Lea dan si kembar di pintu masuk, aku tak mungkin menghampiri mereka dan mengajak mereka bergabung untuk menikmati pesta, buatku itu sama saja dengan bunuh diri.
Aku mengajak Audy pindah cepat-cepat tanpa memberitahunya alasan, sehingga otak payah Audy berpikir bahwa aku menunjukkan indikasi untuk mengajaknya melakukan aktivitas mesum romantis seperti yang Amanda dan Kevin lakukan tetapi di tempat yang lebih private. Audy membawaku ke kamar tidur terdekat yang bisa kutebak bahwa itu adalah kamar tidur adik laki-laki Brenda,koleksi Tamiya-nya bertebaran di lantai, ternyata disana ada sekelompok kecil cowok loser sekolah yang masa kecilnya kurang bahagia, mereka sedang merakit Tamiya, cepat-cepat Audy menutup pintu dan mengajakku turun tangga, berjalan jauh menuju arah belakang rumah, dimana dapur berada, but o. . . oh! Aku mendengar suara desahan nafas dibawah meja makan besar yang sedang kami duduki, aku dan Audy saling bertukar pandang yang artinya “ayo pergi!”
Aku dan Audy pindah lagi, sekarang ke arah gudang dan yang kulihat disana, kasus kekerasan dalam pacaran, Jordan sedang memukul Milly sambil memaki-maki dengan kata-kata yang membuat omaku serangan jantung, sementara Milly terlihat berantakan dengan rambut acak-acakan, mascara belepotan dan wajah lebam. Sayangnya aku tak bisa berbuat apapun.
Hingga akhirnya, kita duduk di taman belakang yang dihiasi lampu kelap-kelip dan bunga-bunga yang indah, seandainya ini drama Hollywood maka sebentar lagi akan mengalun lagu romantis,hmmmmm mungkin If You’re not The One-nya Daniel Beddingfield, dan Audy akan mengajakku berdansa yang diakhiri French Kiss ala Leonardo di Caprio dan Claire Danes. Cuma sayangnya pesta ini sama sekali tak bisa dinikmati, karena tiba-tiba orang yang kuhindari muncul lagi, si kembar dan Lea, mereka benar-benar seperti hantu buatku, mengahantui hidupku, well, setidaknya untuk sekarang. Aku penasaran, apa sih yang mereka inginkan?mencoba memata-mataiku?
Pilihan terakhirnya adalah nongkrong di Yaris merah Audy sambil mendengarkan Katy Perry dan mulai bernyanyi gila-gilaan
“I kissed a girl I like it. The taste of her cherry chapstick. I kissed a girl just to try it. I hope my boyfriend don’t mind it. It felt so wrong. It felt so right. Don’t mean I’m in love tonight. I kissed a girl and I like it. I liked it. No I don’t even know your name is doesn’t matter. . .”
Tiba-tiba Audy menciumku, pelan dan ragu-ragu, bukannya aku membalas ciumannya aku malah mundur dan meneruskan lagunya, Audy menyerah
“You’re my experimental game. Just human nature. . . . ”
Dan pintu mobil diketuk oleh seseorang, Audy menurunkan kaca mobil, ternyata salah satu kroni Alank yang tak kuketahui namanya. “Bagi api dong” katanya dengan suara berat karena terlalu teler atau dia sedang fly. “Sob, gue nemuin sisa petasan Imlek di kamar engkongnya. . . kita bias bikin party lebih hidup. . . . ” feeling-ku mengatakan akan ada kekacauan yang terjadi sebentar lagi, aku memaksa Audy pulang sekarang juga, aku tak mau berada di tempat masalah sebentar lagi akan meledak.
***
Firasatku benar, semua orang yang ada di party semalam dipanggil pihak BP untuk berkumpul di Aula, tentu saja termasuk aku, karena ternyata sebuah ledakan besar terjadi di sana, seseorang meledakkan kamar tidur orangtua Brenda dengan petasan (Audy bertanggung jawab atas korek apinya) yang berakhir dengan menghanguskan sebagian besar rumah , Oh my God apa yang harus aku lakukan???guru BP akan memanggil Mamaku dan itu adalah hal terakhir yang boleh terjadi! Aku memutar otak, dan aku mendapat sebuah ide, yeah kupiir bukan ide buruk tapi juga bukan ide bagus, tapi sepertinya aku bisa mengandalkan bokap. Aku tak berani mengangkat muka di depan si kembar, aku seperti merasa bersalah karena menghindari mereka semalam, ya ampun sebenarnya ini bukan masalah besar, dan di sudut ruangan kulihat sosok menyedihkan Azalea, dia tampak ketakutan, dia seperti kucing kecil malang yang jatuh ke dalam got ( aku tak bisa menemukan perumpamaan lainnya).
“Gue nggak tau kalo elo juga di sana semalam?” entah Fido berniat bertanya atau menyindir.
“Yeah, gue emang di sana seharusnya kita barengan, supaya party-nya lebih seru” aku tak tahu harus mengatakan apa. Sementara Dido sibuk menelpon seseorang yang harus menjadi walinya untuk mengahadapi pihak BP. “Gue mesti nelpon bokap, nyokap nggak boleh tau kalo gue terlibat masalah atau dia bakal gantung gue!” Fido dan Dido saling menatap, aku tak mengerti maksud tatapan mereka, mungkin.
“ngggg. . . . .” Gumam Dido tak jelas dengan tampang luar biasa bersalah, akumakin tak mengerti dengan tingkah laku mereka, kuabaikan mereka, dan kutelepon bokap, dia bilang dia segera datang, yeah dia lumayan bisa diandalkan. Aku melihat Lea sedang berbicara di handphone sambil terisak-isak (aku belum pernah menemukan orang dengan stok air mata sebanyak Lea).Kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan untuk mencari sosok Audy, seharusnya aku menyalahkannya, dia punya andil besar terhadap ledakan semalam. Dan kasus ini hanya akan semakin menambah daftar masalahku, Audy aku harus berterima kasih padamu!
Satu-persatu orangtua mulai berdatangan, sementara Papaku belum menampakan diri, entah apa yang akan dilakukan Mamaku bila tau Papa tak bisa diandalkan untuk menjagaku sehingga aku bisa berada di party liar semalam, kurasa dia akanmencincangnya lalu menjadikannya perkedel! Aku mendengar omelan omelan para orang tua di seantero ruangan, semua menyalahkan anak mereka, aku berani bertaruh sebagian besar dari mereka pergi dari rumah tanpa izin dan masalah semakin bertambah lagi karena guru BP mengetahui tentang adanya alcohol,drugs, dan sex.Wow!
Papaku datang dengan penampilan paling casual, mau tak mau semua pandangan tertuju padanya, dan aku berterima kasih pada penemu sunglasses karena paling tidak itu bisa menyelamatkan siapa dia , aku tak mau ada tambahan kehebohan lainnya.
“Ada apa? Hmm. . . . maafkan aku karena tidak sempat berpakaian formal, itu bukan gayaku.” Dia berbisik di telingaku
“Oke begini, semalam gue ke party, party-nya sedikit liar, seseorang meledakkan party dengan petasan sisa Imlek, well, terjadi kebakaran,kuharap rumahnya diasuransikan dan seperti yang kamu tau sebuah party nggak mungkin tanpa alcohol, drugs, dan yeah juga sedikit sex barangkali, hal terburuk yang mungkin terjadi aku diskors, oke? Sekedar informasi aku sama sekali tak terlibat dengan alcohol, drugs, atau sex, berjanjilah jangan katakan ini pada mama atau dia akan membunuhku!
Sebelumnya dia akan membunuhku lebih dulu!” katanya putus asa
“Permisi. . . . .” Seseorang menyela pembicaraan kami, ternyata mamanya Lea
“Tante?”
“Keyra?” oooh. . . . sepertinya dia akan menyalahkanku atas pengaruh buruk yang aku tularkan pada putrinya, seharusnya ia menyalahkan si kembar, mereka yang membawanya kesana, astaga! Bukannya memakiku dia malah memelukku.
“Makasih udah mau jadi sahabat Lea, tante nggak nyangka Lea bisa senormal anak lainnya, makasih udah mau ngajak Lea ke party semalam.” Syukurlah walaupun ini sedikit aneh.
Ooooooooh My God! Masalah yang sebenarnya baru saja datang, aku melihat mamaku datang dengan langkah terburu-buru, dan Dido menarikku ke sudut ruangan, menjauh dari semua orang
“Elo boleh bunuh gue, gue yang nelpon nyokap elo buat jadi wali kita, supaya ada yang mengahadapi para monster itu. “ Kata Dido panik.
“Gue bakal bunuh elo, tapi sebelum elo gue bunuh, nyokap udah bunuh gue duluan” Kataku putus asa, ya ampun sepertinya bakal terjadi banyak peristiwa pembunuhan saat ini!
“Sorry. . . .ehm. . . .gue pikir sorry-nya batal aja! Ini semua emang gara-gara elo, kita sampai terlibat ke dalam party sialan itu karena kita mesti mata-matain elo, Shit!” Dido keceplosan.
“What? mata-matain gue?” aku benar-benar marah “Kalian nggak punya hak atas hidup gue, atas semua yang gue lakuin di belakang punggung kalian, itu urusan gue, nggak nyangka banget kalo kalian nggak punya kerjaan kayak gini!” Aku mendorong Dido, Dido menarik tanganku ketika aku akan pergi.
“Mau apa elo?” teriakku
“Elo mesti dengerin gue!”
“Gue nggak mau dengerin apapun” aku menutup kedua telingaku, kadang aku sangat childish.
“Gue tau elo bisa denger!gue sama Fido ngelakuin ini semua karena Lea minta kita buat ngelakuinnya.”
“Lea? kenapa sih begitu menyebalkan ? apa yang dia mau dari aku?” aku sedikit memaafkan si kembar dan menyelahkan Lea. “Gue nggak tau maunya apa yang jelas kita berdua bukan cowok yang nggak punya hati yang tega ngeliat cewek nangis Bombay gara-gara elo ngehindarin dia, oke kita tau kalo elo backstreet dari kita karena elo lagi jalan bareng Audy”
“Gue nggak backstreet, gue cuma belum siap ngenalin Audy sebagai cowok gue, lagian kita juga baru aja jadian”
“Alasan yang bagus, tapi itu cuma bikin gue narik kesimpulan kalo Audy Cuma cowok pengecut, si Audy pernah gue patahin hidungnya di keas VI, paling-paling dia masih trauma sama gue” Dido tertawa mengejek.
“Gue yang minta buat ngerahasiain hubungan ini buat sementara waktu” koreksiku
Fido datang bergabung dengan kami, “bokap-nyokap elo hampir aja nyiptain perang dunia ketiga, sekarang mereka berdua di ruang BP”
“Malaikat maut bakal datang sebentar lagi, dan itu gara-gara kalian” teriakku
“Sorry”
“Itu nggak cukup, kenapa kalian nggak minta nyokap kalian sendiri yang dating kesini?
“Karena nyokap kita terlalu nggak pedulian untuk jadi seseorang yang bisa dianggap ibu, selain itu buat kita nyokap yang kita punya selama ini adalah nyokap elo” Aku terharu, aku memeluk mereka berdua.
***
Vonis hukumannya adalah 11 orang dari sekolah secara tidak hormat, mereka adalah orang-orang yang terlibat langsung atas terjadinya kebakaran, pemasok drugs dan alcohol, juga yang ketauan ML. Untung saja Audy tidak termasuk diantaranya, karena sepertinya si cowok pencipta kebakaran terlalu teler untuk mengingat darimana ia mendapatkan korek api, sementara sisanya diskors selama seminggu, termasuk aku, Audy, Lea, dan si kembar. Ini bener-bener nggak adil karena Bailey, Tara, Amanda, Kevin dan juga Alank tak mendapat hukuman apapun, seperti biasa hidup memang nggak adil, tapi aku harus menikmati hikmah yang terjadi di balik semua ini, orangtua Lea mengundang keluarga Kenang Agastya untuk makan malam di rumahnya, mereka terlalu bahagia karena anaknya menunjukkan tanda-tanda kenormalannya (Orangtua Lea nggak tau siapa
Papaku sebenarnya, dia nggak tau bahwa kedua orangtuaku bukan pasangan menikah,
dan kami bertiga juga bukan kembar tiga, tapi kita bisa pura-pura jadi keluarga normal
yang berbahagia kan?
***
Ini adalah moment favoritku, kita bertiga; aku, Mama dan si penjahat sperma yang setelah aku terbiasa nanti akan kupanggil Papa, duduk diam di perjalan pulang dalam Range Rover Sport hitam miliknya, mungkin buat kebanyakan orang hal ini biasa saja tapi tidak buatku, menurutku moment ini adalah moment paling luar biasa, karena kita seperti keluarga yang sebenarnya, Mama dan si PS seperti sepasang orangtua yang sangat kesal karena baru pulang dari sekolah anaknya yang terlalu nakal dan selalu menciptakan masalah ,keduanya memilih diam karena tak mau membahas apapun, sepertinya mereka menikmati kebisuan ini atau mungkin mereka terlalu lelah untuk memulai pertengkaran, aku benar-benar menikmati moment ini, sampai kusadari mobil berhenti di depan rumah.
***
“Keyra, turun sekarang juga!” Perintah mama tegas “Tapi ma. . . . ”
“Nggak ada tapi-tapian! Kamu nggak bisa lebih lama lagi tinggal bareng orang yang mengizinkan kamu ke pesta liar kayak semalam” Sindiran hebat mama bikin si PS merasa bersalah, sejujurnya ini salahku, si PS tak tau apa-apa, aku bahkan tak minta izin darinya.
“Maafkan aku Ayra” katanya tulus“Apa jadinya kalo Key sampai jadi salah satu dari anak yang dieluarkan dari sekolah?itu cuma membuktikan kalo aku bukan orangtua yang bisa mendidik anaknya, semua orang akan menyelahkanku!”
“Cuma Oma yang akan menyalahkan Mama, seharusnya Mama terbiasa disalahkan Oma!” komentarku pedas.
“Keyra diam!”
“Aku yang pantas disalahkan! Maafkan aku! Aku sedang dalam proses untuk belajar jadi seorang Ayah dan ini nggak bisa instant, apa aku cuma punya satu kesempatan? apa aku tak diizinkan untuk memperbaikinya?”
“Kamu menyia-nyiakan kesempatan yang ada, aku tak bisa memberi kesempatan lagi, kesempatan keduamu mungkin akan memperparah semuanya” jawab Mama tegas
“Keyra turun! Mulai sekarang kamu pulang ke rumah” tambah mama lagi
“Mama nggak bisa maksa aku, aku mau pulang ke apartement. . . . ke apartement Papa” kataku, pada akhirnya, keduanya berbalik menatapku, ada campuran terkejut dan bahagia di mata papaku “Aku pikir mama pernah muda, tau bagaimana rasanya seorang cowok yang. . . . .well, pacarmu mengajakmu ke party, seandainya mama jadi aku, apa mama akan menolak? Aku menyindirnya “ Ya ampun umurku sudah 16 tahun , dan aku cuma setahun lebih muda dari mama saat Mama dan Papa, yeah. . . . .membuat adonanku!” cerocosku pedas.
“Kupikir kamu cerdas” tandas mamaku
“Maksud mama?” tanyaku geram
“Turun dari mobil sekarang juga!lupakan soal party bulan depan, selama seminggu kamu tinggal sama Oma, titik!tidak boleh ada bantahan!” mama turun dan membanting pintu, membukakan aku pintu dan memaksaku turun, sebelum aku turunaku sempat melihat kilatan kesedihan di mata Ayahku, dan untuk pertama kalinya aku merasa aku menyayanginya.
0 comments