Hiruk-pikuk kota tak sedikit pun Aku temukan
Sejauh mata memandang,hamparan gelombang padi mengayun bersahutan
Belalang bergelayut di antara dahan alang-alang
Gemercik air sungai penuhi sebidang sawah dalam ruang
Sorak-sorai burung gereja melantun,kidung alam pedesaan nan santun
Pribumi berdansa dalam irama ani-ani bersama lumbung padi yang di tumbuk
Saling gotong-royong bak semut hitam yang berbaris di pinggiran sungai kala mereka lelah,lalu duduk
Elok mentari senja sulit terbantah,di iringi awan lembut mengikuti pesonanya
Pribumi segera menutup segala aktivitas,memikul hingga merapikan peralatan sawah
Langkahnya berat dengan alat pencari rezeki di tangan
Namun semangat tak kunjung pudar oleh kerasnya kehidupan
Terlelap mereka dalam malam syahdu,tanpa mesin pembuat angin
Sebab udara sejuk menerpa bilik-bilik bambu rumahnya
Dalam naungan saung nan sederhana,namun pribumi tersenyum bahagia
Gunung menjulang menampakkan sang surya,dari ufuk timur melesat mengudara
Kembali pribumi berdiri,di pagi buta bergegas menuju rimbunnya padi
Nyiur mengelus dinding asa,mengais nikmat di sertai doa dan usaha
Berlalu lalang anak-anak mereka,menimba ilmu meski jauh dari jangkauan sekolah
Semangat mereka patut di apresiasiasi,keluh-kesah tak sedikit pun nampak di wajahnya yang ceria
Alam pedesaan bercerita tentang keindahan,berbeda dengan kehidupan di perkotaan.
0 comments