Jadi, apakah obat cinta bekerja dengan keajaibannya?
Itu adalah pertanyaan yang dilontarkan Phillipa, perawat pribadi Tessa―gadis remaja yang tengah sekarat karena Leukemia, sadar hidupnya tak akan lama, dia membuat beberapa daftar hal gila yang akan dia lakukan sebelum dia meninggal; dari mencoba narkoba hingga melepas keperawanannya. Kebandelan dan pemberontakan Tessa terhenti setelah kedatangan Adam, cowok tetangga sebelah, yang jatuh cinta padanya sejak pertama berjumpa. Dan apakah cinta mampu menyelamatkan Tessa dari kematian?
Diangkat dari novel karya Jenny Downham; Before I Die. Diperankan dengan sangat memukau oleh Dakota Fanning sebagai Tessa dan Jeremy Irvine sebagai Adam. Sebenarnya jika kita mempertimbangkan ide cerita tentang gadis yang sekarat, memang Now Is Good bukanlah yang pertama kali menawarkan kisah seperti ini, sebelumnya ada beberapa kisah serupa dan juga yang diangkat dari novel ke layar lebar; sebut saja A Walk To Remember-nya Nicholas Sparks atau My Sister Keeper-nya Jodi Picoult.
Namun, Now Is Good menawarkan perbedaan pandangan dari sudut pandang gadis muda yang berada dalam keluarga disfungsional, jika dalam A Walk To Remember Jamie tumbuh dalam pendidikan nilai agama dan memiliki pribadi tak tercela, maka Tess adalah kebalikannya, jika Cathy mendapat kasih sayang dan dukungan penuh dari keluarganya, sayang sekali ibunda Tess nyaris tak peduli dengan penyakit yang diderita putrinya. Jika, baik Jamie ataupun Cathy tak memiliki seorang sahabat, maka Tess bergaul dengan Zoey, gadis pemberontak lainnya, yang hamil di usia muda.
Akan sangat menyebalkan jika aku menceritakan keselurahan plot dalam reviewku, jadi aku memilih untuk membahas beberapa hal yang membuatku tertarik.
Screenshoot moment favoriteku |
1. Gadis muda yang sekarat, karena aku sangat menyadari bahwa kematian jauh lebih pasti dibanding kehidupan, maka secara tidak langsung, aku dan seharusnya kita semua belajar dari mereka. Bagaimana untuk menghadapi mati, mereka jauh lebih beruntung, dengan prediksi dari sang ahli yang walau belum pasti, tapi setidaknya akan membuat mereka lebih siap.
Aku masih ingat apa yang dikatakan Tessa tentang kematian yang sudah mendekatinya. Tess, merasa bahwa dia seperti dibuntuti psikopat yang siap menembakkan peluru kepadanya, kapan saja. Gadis sekarat yang diperankan Tess jauh lebih realistis dan lebih siap dengan kemunginan terburuknya, Tess menolak kemo, Tess tak mau bersikap manis menunggu malaikat maut datang, Tess memberontak, Tess belajar untuk bertahan dan mengatasi ketakutannya, tapi pada dasarnya Tess memang ketakutan, takut akan kehilangan moment-moment indah dimasa depan yang tak akan bisa dirasakannya.
Sangat menyentuh saat Tess berkata tentang “Sahabatku akan melahirkan di bulan April, apa aku dapat melihat bayinya?” atau saat Tess merasa dibohongi, ketika Adam tanpa memberitahunya pergi menghadadiri upacara jelang masuk universitasnya, sangat tragis tapi manis mendengar apa yang mereka katakan.
Tessa: “Aku akan datang kembali sebagai orang lain, menjadi gadis berambut indah yang akan mendekatimu di hari pertama dan bertanya apa yang sedang kau pelajari.”
Adam: “Dan aku akan jatuh cinta padamu pada pandangan pertama…lagi…”
2. Dukungan keluarga, tak seperti dibanyak kisah dimana ibu yang biasanya sering kali berperan dalam mendampingi anaknya yang sakit, tapi di sini ayahnyalah yang berperan dalam figur seorang ibu. Sebagai anak yang berada di bawah perwalian ayahnya, Tessa dan adik lelakinya Cal, tinggal bersama ayah mereka yang dulunya seorang akuntan, yang memutuskan untuk tak lagi bekerja karena dia memilih untuk merawat Tess. Kedua orang tua Tess digambarkan dengan; ayah yang terobsesi dengan kanker dan ibu yang tak peduli.
Bagaimana ayahnya yang bahkan menemani Tess dalam wawancara radio sampai mendampingi Tess disaat penyakitnya kian menyiksa, dan merasakan kemarahan dan gemas melihat kepanikan dan ketidaktahuan ibu Tess terhadap kondisi putrinya yang tiba-tiba saja kumat. Sungguh tak biasa, dan tak seharusnya aku melupakan Cal, saudara laki-laki Tess yang berusia 9 tahun, yang tergila-gila pada sulap dan dia mempelajari mantera dan meletakkan bawang putih diseantero rumah yang dipercayanya dapat menangkal kematian, sungguh membuat terharu, kalimat konyol yang diucapkannya pada Tess “Kamu boleh menghantuiku kapanpun kau mau”
3. Kisah cinta remaja yang tak dangkal, di dalam dongeng mungkin kita akan menemukan pangeran yang akan mencium sang putri dan kutukan akan terpatahkan. Walau Adam setampan sang pangeran tapi jelas, penggambaran Adam sebagai remaja sangatlah realistis, dibutuhkan komitmen besar saat seorang remaja harus mencintai gadis yang tak bisa bersama dengannya selamanya. Aku merasakan kepanikan, ketakutan, dan penyesalan disaat yang sama saat Adam melihat Tessa mimisan hebat, alih-alih menenangkan Tessa atau membantunya menuju ambulance, Adam hanya berdiri mematung., tapi Adam sangat manis saat membayar kekecewaan Tessa akibat sikap kebingungannya dengan menuliskan nama Tessa di seluruh penjuru kota.
4. Banyak moment menyentuh. Aku ingat sekali saat Adam panik melihat Tessa berada di atas pohon yang tinggi dan bermaksud membantunya untuk turun, tapi apa yang terjadi saat dia berada di dekat Tess, dengan mata berbinar Tess menceritakan rahasianya “Aku tidak sakit saat berada di sini, aku tidak sakit lagi, aku hanya ingin hidup di hutan ini, aku ingin menjauh dari dunia modern dan semua gadget itu, kemudian aku takkan sakit.”
Saat Zoey mengatakan bahwa dia akan mempertahankan bayi yang sebelumnya ingin digugurkannya, saat pertemuan pertama Adam dan ayah Tess secara resmi, dimana ayah Tess mengatakan tentang “Adalah hari buruk bagi setiap ayah, saat putrinya membawa seorang pemuda untuk menemui ayahnya.”yeah, ayah Tess sangat menyayanginya.
Ayah menangis di pelukan Tess |
Ada beberapa moment favoriteku antara Tess dan ayahnya; saat ayahnya marah lalu menangis, ketika Tess bersikap seperti monster di depan tembok penuh daftar keinginan Tess sebelum meninggal. “Kau ingin meninggalkan aku dengan omong kosong ini? Apakah ini daftarnya? Ini sudah lama ada, kenapa kau tak memberitahukan ayah?Kau seharusnya menunjukkan pada ayah! Beberapa dari ini ayah bisa membantumu untuk mewujudkannya. Ayah cuma ingin menolongmu, ayah tak bisa membantumu, ayah tak bisa membantumu. Ayah tak ingin kau pergi…ayah tak ingin kau pergi. Ayah tak bisa menghadapinya, bawa ayah bersamamu.”juga ketika Tess dan ayahnya bertengkar saat ayahnya tahu bahwa Adam menginap di kamarnya.
Ayah : “Dia ada di dalam kan?”
Tess : “Ya”
Ayah : “Sudah ayah katakan, ayah tak menyetujuinya!”
Tess : “Aku tahu itu”
Ayah : “Kau tahu kenapa?”
Tess : “Aku pikir begitu”
Ayah : “Dia pemuda yang baik Tessa, tapi dia masih anak-anak, kau tidak bisa bergantung padanya, dia mungkin saja akan mengecewakanmu.”
Tess : “Tidak akan”
Ayah : “Bagaimana jika benar?”
Tess : “Aku masih memiliki ayah…seperti biasanya.”
Dan Tess mengecup pipi ayahnya.
Tak hanya Tess dan ayahnya, tapi juga antara Tess dan Adam, di malam bersalju, mereka duduk dibangu taman dan berbicara.
Adam : “Apa yang kau inginkan dariku?”
Tess : “Saat malam, tidur bersama, bangun bersama, dan sarapan.”
Adam : “Apa yang benar-benar kau inginkan?”
Tess : “ Aku ingin kau bersamaku dikegelapanuntuk memelukku, untuk terus mencintaiku, untuk menolongku ketika aku ketakutan, datang ke tepi jurang, untuk melihat apa yang ada di sana.”
Adam : “Bagaimana jika aku salah?”
Tess :”Tak mungkin bisa salah”
Adam kehabisan kata dan memilih berbaring ditanah bersalju, seakan beterbangan lalu bangkit, yeah dia mencetak malaikat salju untuk Tess.
1. Akting Dakota Fanning,aku mulai jatuh dengan akting Dakota Fanning setelah dia menjadi Lucy Diamond Dawson di I am Sam, setelahnya aku nyaris tak melewatkan semua film yang dibintanginya, hanya merasa…kurang suka actingnya di epic Twilight (kapan-kapan akan aku beritahukan alasannya). Melihat aktingnya sebagai gadis muda dengan harapan hidup tipis membuatku merasa miris tapi kadang juga membuatku merasa bahwa Tess yang diperankannya begitu sangat tak tahu diuntung, tapi semua itu adalah caranya dalam memproses masalahnya caranya dalam menghadapi ketakutannya. Akting Fanning seperti mengajak penonton merasakan kemarahan, ketakutan dan kesakitannya, sementara Jeremy Irvine, menurutku, tidak sulit baginya memerankan tokoh pacar nyaris sempurna, dan yeah aksen Britishnya seksi punya.
Dan pada akhirnya aku harus bilang, pelajaran dari film ini adalah tentang berani menghadapi kematian, berani kehilangan, berani merasakan ketakutan, berani merelakan, dan waktu bukan tentang durasi yang kita miliki tapi bagaimana cara membuat setiap moment itu berarti.
0 comments