BUKAN CINTA MONYET
Bukan cinta monyet : Karya Fink RisQi
Aku ingat saat pertama kali mengenal mu, kita bocah-bocah lugu dari masa lalu yang berbaris membebentuk kerumunan, ngantri beli serabi gula di sekolah SD tempat di mana kita melukis sejarah baru untuk mulai mengenal huruf dan angka. Sejak itu aku mulai memperhatikan juga mengagumi mu, mata sayu, hidung mancung, rambut kriting mengkilap, sepatu warna putih yang selalu terlihat bersih untuk ukuran anak ingusan yang masih senang bermain lumpur seperti kita, senyum manis yang kau tahan berminggu-minggu lalu tiba-tiba merekah pada bibir mungil mu, seragam merah putih yang terlhat rapi setiap hari, terutama jenis parfum yang kau pakai menyengat hidung pada jarak tiga meter sekalipun, mungkin kau menggunakan parfum milik ayah mu yang diam-diam kau pakai saat ayah dan ibu mu yang sudah pagi buta pergi ke sawah untuk mencari nafkah. Ah... terlalu dini untuk anak seumuran ku memperhatikan mu dengan begitu detailnya. Perhatian ku tidak terhenti sampai di sana aku semakin terkagum-kagum saat guru-guru mulai membicarakan mu di rauangan mereka. Saat itu pak asep guru agama kita dengan kopiah hitam yang selalu melekat di kepala meminta ku untuk mengambil kapur di ruang TU yang letaknya sama dengan ruang guru, hanya di batasi dengan sekat papan pembatas. Guru-guru bercerita satu sama lain kata mereka kamu murid yang begitu jenius, menguasai berbagai jenis so'al matematika bahkan sebelum guru menyampaikan materi pelajaran di kelas mu.
Yara... untuk pertama kalinya aku mengagumi bocah kelas Enam SD,oh... ya aku lupa saat itu aku masih kelas lima, dari mana aku memperoleh kata "kagum" untuk menjabarkan perasaan ku pada mu. Ayah ku "kepala sekolah kita" sering membanding-bandingkan ku dengan mu katanya aku memperoleh gen dari mana hingga tak mampu menguasai pelajaran berhitung walau telah di berikan les private tetap saja otak ku buntu, tak seperti mu yang menjadi buah bibir semua guru.
lagi-lagi aku mengenang mu seolah kita ditakdirkan untuk selalu bersama. SD,SMP,SMA dan kuliah, kita mengenyam pendidikan di tempat yang sama walaupun kita berbeda jurusan. Sejak kuliah semester lima aku mulai memahami kekaguman ku itu sebagai kekaguman seorang perempuan dewasa yang mulai merasakan indahnya cinta. Aku sering menanyakan kenapa hingga menginjak bangku kuliah matematika seolah menjadi hidup mu, sesering itu juga kau berseloroh sambil mengatakan belajar matematika seperti minum es Favorit mu.
yara ku, kekasih cerminan masa kecil ku. kau tahu tak ada yang lebh indah dari menikmati senyum mu dengan mata terpejam, sesederhana itu bahagia. Memikirkan mu lalu mengenang masa bocah kita yang seolah memberi isyarat bahwa takdir kita begitu nyata terlihat. Banyak laki-laki yang mereka sebut sebagai idaman tapi yang terlhat hanya senyum mu menari lincah di ingatan. Aku tak pernah tergiur dengan daya tarik yang mereka tawarkan. Perjumpaan pertama dengan mu waktu itu, saat aku ke kampus lalu hujan deras dan aku memilih berteduh di salah satu toko Fotokopyan pinggir jalan, tak sadar terlihat kau memperhatikan ku, aku yang beberapa kali mengibaskan rok hitam ku yang terkena genangan air hujan hanya tertunduk malu dan sesekali menatap mu diam-diam. kau mendekati ku lalu mengawali pembicaraan ringan tanpa basa basi dan perkenalan, kita seperti sudah akrab sejak dalam kandungan, tanpa canggung aku menjawab perbincangan yang kau tawarkan sekenanya, kau pun tertawa kecil dengan jawaban-jawaban dari sekian perbincangan yang kau tawarkan pada ku. kata mu aku perempuan pertama yang tak sanggup menahan tawa mu lebih lama. sambil menatap mu lekat-lekat aku membatin dalam hati seraya memohon pada Tuhan agar hujan semakin deras dan lebih lama, agar aku dapat menikmati senyum mu dengan lebih leluasa, seketika itu hujan reda. Entah siapa yang terlebih dahulu memulainya tiba-tiba saja kita bersepakat untuk bertemu. Di kampus, di mall, di rumah makan, di mana saja, kau pandu aku untuk mengenal mu lebih dekat, kau ajak aku ke beberapa tempat yang tak pernah aku kunjungi sebelumnya, semuanya berjalan dalam rentang waktu yang lama namun terasa singkat. Kau ajarkan aku mengenal seseorang tanpa syarat dengan penuh ketulusan, lima tahun kita lalui dengan sangat bahagia. aku mulai bertanya-tanya adakah perasaan cinta yang mulai menyentuh hatimu seperti perasaan yang telah ku kunci sejak lama pada kedalaman hati yang mungkin sudah kau baca. Yang ku tahu setelah membaca sms dari mu malam itu yang meminta ku membukakan mu pintu, itu kali pertama laki-laki bertandang ke rumah ku, detik itu juga kau daratkan ciuman di bibir ku, kita abaikan tatapan mata malaikat yang saat itu terasa mulai geram dengan kita atau mungkin ayah dan ibu ku yang tiba-tiba keluar. kita abai, kita abai, kita... ah aku mematung bersama buaian angin malam yang mulai membuat ku tenggelam. malam itu benar-benar nyata meruntuhkan pernyataan bukan dan jangan-jangan yang sudah berjejer di otak ku, mungkin aku satu-satunya perempuan yang langsung nenafsirkan rasa dengan hanya sekali ciuman. Ku rasa itu tidak terlalu bodoh untuk ciuman pertama dengan rentang waktu lima tahun bersama. Itulah di mana semua para pecinta merasakan perasaan yang tak seharunya ada, yang membuat setan bersorak ria dan tentu saja mentertawakan kita.
********
Yara... ku harap malaikat telah lupa tentang ciuman pertama juga pada lembar-lembar catatan yang telah kita torehkan dengan penuh kesadaran, sebab kini namau telah menggenapkan nama ku "nyonya Fink Hajna Yara" kau buktikan ucapan mu malamm itu saat aku bertanya "cintakah kau padaku?" dengan senyum menunduk kau menjawab "bukan karena cinta manusia berjodoh tapi karena Tuhan menghendaki". Dan sekarang kehendak Tuhan telah bersuara dikedalaman hati kita. Aku hanya ingin bersamamu, menua dengan mu beranak pinak dengan menjadi istri mu, ibu dari anak-anak kita hingga dunia tak mengenal usia dan ajal kitapun tiba.
0 comments