Foto : Kim Hyun-Hee (ABC)
SEOUL - Mantan mata-mata Korea Utara (Korut) menceritakan kisahnya ketika bergabung dalam dinas intelijen. Dia juga menceritakan sekilas mengenai Kim Jong-Un
Kim Hyun-Hee mengatakan, saat itu, dirinya dijemput oleh sedan berwarna hitam di sekolahnya dan diminta mengemas barang-barangnya. Setelah itu, Hyun-Hee dikirim ke sekolah elit mata-mata Korut, diberikan nama baru, dan dilatih beladiri. Hyun-Hee juga diajari cara menggunakan senjata dan berbahasa asing.
Di bawah perintah Kim Jong-Il, perempuan itu diperintahkan untuk meledakkan pesawat milik Korean Air. Setelah itu, Hyun-Hee ditangkap dan mencoba pergi ke Bahrain dengan paspor palsu.
Namun ketika perempuan itu mencoba bunuh diri dengan meminum asam sianida, Hyun-Hee langsung dibawa ke Korsel. Perempuan itu diadili dan dijatuhkan hukuman mati. Namun akhirnya, dia justru dibebaskan karena dianggap sebagai korban "cuci otak" Korut.
"Saya pantas dijatuhi hukukam mati atas apa yang saya lakukan. Namun saya yakin, saya diampuni karena sayalah satu-satunya saksi mata dari aksi teror yang dilakukan Korut. Sebagai seorang saksi, saya harus menceritakan kebenaran," tegas Hyun-Hyee.
Mantan intelijen Korut yang meledakkan pesawat Korea Selatan (Korsel) pada 1987 memaparkan seluruh hal mengenai putra Kim Jong-Il yang kini memimpin Korut. Menurut perempuan yang sudah bertanggung jawab atas tewasnya 115 orang itu, Jong-Un adalah seorang pemimpin yang terlalu muda dan tidak berpengalaman.
"Dia (Jong-Un) masih berjuang untuk menguasai militer, dan mengambil hati mereka. Itulah yang menyebabkan, mengapa dia seringkali mendatangi basis militer," ujar Hyun-Hee, seperti dikutip ABC, Rabu (10/4/2013).
"Dia juga menggunakan program nuklir sebagai alat tukar bagi bantuan, dan instrumen mengendalikan warga," paparnya. |okezone.com.
0 comments