Puisi Chairil Anwar : Sebuah Kamar

Chairil Anwar : Sebuah Kamar


SEBUAH KAMAR

Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam
mau lebih banyak tahu.
"Sudah lima anak bernyawa di sini
Aku salah satu!"

Ibuku tertidur dalam tersedu
Keramaian penjara sepi selalu,
Bapakku sendiri berbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu!

Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibu dan bapakku, karena mereka berada
di luar hitungan : Kamar begini,
3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa!

Sajak yang ditulis tahun 1946, menggambarkan sesuatu yang ironis dengan gaya yang ironis pula. Dalam keadaan yang susah, orang masih ingin menambah kesusahan lagi. Dengan kamar berukuran 3 x 4, yang telah dihuni 7 orang ( 5 anak dan kedua orang tuanya), tokoh Aku masih meminta satu adik lagi.

Melalui tokoh Aku, Chairil Anwar ingin menggambarkan kemiskinan. Sang ibu tidur dalam keadaan menangis, sedangkan sang ayah tidak melakukan apa-apa ("Bapakku sendiri berbaring jemu / Matanya menatap orang tersalib di batu!").

Kamar yang dihuni banyak anak tersebut, seharusnya menjadi ramai. Tapi sebaliknya, kamar itu seperti penjara. Putus asa ("Sekeliling dunia bunuh diri!")
Itulah gambaran penduduk Indonesia yang semakin padat. Jumlah penduduk bertambah, demikian juga kemiskinan.

"Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam
mau lebih banyak tahu"
Bait tersebut bisa diartikan bahwa hanya melalui sebuah jendela, orang luar (bulan) bisa melihat seisi kamar tersebut. Seperti rumah di perkotaan yang cenderung kecil, apalagi dengan harga yang selangit. Siapa yang bisa beli, kalau bukan hanya segelintir orang.


Sumber : 
Pradopo, Rachmat Djoko. 2008. Beberapa Teori Sastra , Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Evo Sastra
Designed by Evo Sastra
..
Back to top