Para Putri Tak Harus Berkostum Superhero Untuk Terlihat Berani The Little girl in me still wants to be a Disney princess. Terdengar silly dan terlalu drama, tapi memang begitulah keadaannya. Karena yeah para Putri Disney sungguh-sungguh membuatku takjub. Mereka istimewa; cantik, cerdas, anggun, wanita sejati, mendekati sempurna, dan singkatnya mereka menginspirasi hidupku. Secara tidak langsung kisah-kisah indah Film Disney mengajariku banyak hal, dimulai dari “all our dreams can come true” hingga “everyone deserves a happy ending”membuatku percaya, bahwa jika sebuah dongeng mampu untuk mewujudkannya maka harusnya di dunia nyata, siapapun mampu mewujudkannya juga, karena ada kekuatan yang sangat besar yang setiap orang bisa miliki walau dia tak punya Fairy God Mother ataupun mantera-mantera penuh keajaiban. Tahukah kau apa? Jawabannya sederhana; cinta. Membaca artikel VOA edisi 14 Juli 2012 tentang Tak Ada Lagi Putri Tak Berdaya Di Film Adaptasi Dongeng Klasik membuatku merasa…hey apakah benar para putri dari dongeng adaptasi klasik sungguh-sungguh tak berdaya???? Aku tak sepenuhnya setuju, mereka memang terlihat rapuh tapi bukan berarti mereka tak berdaya! Lihatlah mereka dengan cara yang berbeda. Okay, dimulai dengan Snow White and The Seven Dwarfs di tahun 1937 hingga Snow White versi K-Stew dalam Snow White and The Huntsman atau Snow White versi Lily Collins di Mirror-Mirror (2012) …Oooops satu lagi, jika boleh dimasukkan ke dalam hitungan Snow White modern versi Amanda Bynes dalam Sidney White and the Seven Dorks (2007), masing-masing membawa karakter tentang si Putri Salju yang rapuh, si Putri Salju yang pemberani, Putri Salju yang cerdik, juga Putri Salju yang…seperti kebanyakan gadis normal lainnya…tapi apakah si Putri Salju jadul dan teman-teman Putri klasiknya terlihat tak berdaya? Mengambil contoh berbagai versi Putri Salju yang memang ditujukan pada “penonton beda zaman” aku bisa saja mengangguk, tapi …mari kita ingat-ingat lagi tentang apa yang dilakukan para Putri klasik Disney: Putri Salju ‘jadul’ misalnya…dia berjuang menghindari tikaman pisau sang pemburu, jika dia sungguh-sungguh tak berdaya, bisa saja Putri Salju “Jaman Dulu” itu menyelesaikan masalahnya dengan cara praktis pasien frustasi masa kini, hmmm benar, Bunuh Diri! Tapi dia memilih berlari hingga bertemu para kurcaci dan mendapatkan pangeran tampan sejati. Cinderella… gadis mana yang mau berjalan di atas sepatu kaca??? Diperlukan kemampuan akrobatik dan mungkin Debus! Cinderella berani berontak di bawah tekanan Ibu dan saudari tiri untuk menemukan kebahagiannya. Bisa kamu bayangkan jika dia tak berani mengambil resiko? Bisa dipastikan dia akan menjadi si upik abu selamanya! Aurora… mungkin dia nyaris tanpa aksi apa-apa. Dia adalah korban dari tragedi …membuat waktunya terbuang percuma setelah kutukan dari Peri jahat yang murka, namun cinta dari Pangeran Phillips menyelamatkan hidupnya. Tapi ada satu keberanian dari Aurora; dia percaya pada mimpi yang mengatakan tentang cinta sejatinya. Belle…gadis di jaman sekarang melihat cowok dari tampang! Tapi ada apa dengan Belle? Dia bahkan tak merasa ngeri pada si Buruk Rupa yang mengerikan, secara tidak langsung Belle-lah yang membuatku memahami ungkapan “don’t judge a book by it’s cover!” Ariel…dia bahkan menjalani kehidupan asmara yang lebih buruk dari masalah asmara banyak orang di masa kini Long Distance Relationship! Jika banyak orang dimasa kini harus mengakhiri kisahnya karena jarak yang jauh terpisah, maka Ariel mengambir resiko yang besar untuk dirinya. Dia meinggalkan nyaris separuh hidupnya demi lelaki yang dicintainya. Dia merubah dirinya, bukan hanya karena cinta buta, tapi karena keyakinan bahwa apa yang dipilihnya adalah kebenaran mutlak, bagi Ariel ada hal-hal yang harus dikorbankan untuk sebuah kebahagiaan. Rapunzel…berani mewujudkan mimpinya! Jika setiap waktu dia hanya melihat lampion terbang dari jendela kamarnya dan suatu hari dia berhasil melihat mimpinya bahkan di saat matanya terbuka. Rapunzel bahkan mengorbankan rambut ajaibnya demi menyelamatkan Flynn, cinta sejatinya. Tiana, sungguh-sungguh sial! Alih-alih mengubah kodok menjadi pangeran, dia bahkan mengubah dirinya juga menjadi si hijau berlendir, tapi …keteguhan hati dan kepercayaan pada mimpi, membuat Tiana tak hanya mampu mengubah dirinya tapi mampu membuat sang Pangeran menemukan sosok yang seharusnya. Tiana berhasil mewujudkan mimpinya. Restaurant dan pangeran tampan! Para putri klasik itu mungkin terlihat rapuh dengan wajah cantik mellow dan bahasa tubuh yang feminim, akan itu tidak berarti bahwa mereka tak berdaya, karena jika mereka tak berdaya mereka bahkan tak bisa menampilkan sisi berani dari dirinya. Seharusnya kita mengetahui bahwa definisi putri yang berani itu tak selalu berarti bahwa seorang putri ditampilkan memiliki skillmenggunakan panah, fasih bela diri atau mempunyai kemampuan bermain pedang atau keberanian yang terlihat secara kasat mata. Keberanian itu bisa saja berarti; keteguhan hati, berani mengambil resiko, tak mudah putus asa atau tak gentar dalam menghadapi ketakutan terbesarnya. Para Putri klasik membawa pesan keberanian yang berbeda, yaitu berani mewujudkan mimpi dan menemukan cinta sejati. . . hmmm. . . lalu darimana asal keberanian yang mereka miliki itu??? keberanian itu selalu ada dalam dirinya, tersimpan rapi di sudut mungil bernama hati. Dan menurutku hal terpenting untuk disampaikan oleh dongeng adaptasi yang disajikan dalam film untuk para gadis di dunia adalah .…bahwa di dalam diri setiap gadis terdapat figur seorang putri, agar mereka selalu merasa berharga agar tontonan tak hanya bersifat penghiburan tapi bisa juga sebagai pencerahan. |
1 month ago
0 comments