Sudahlah, jangan jelaskan alasan yang tak bisa lagi kupercaya. Jangan berikan jawaban yang tak akan mampu membuatku yakin. Berhentilah membuatku merasa mengasihanimu. Aku sudah kehilangan rasa, terhadapmu, juga terhadap kita yang dulu. Ceritamu hanyalah rekaan fiksi yang berantakan dalam setiap alurnya. Segala alasanmu hanyalah berita infotainment yang tidak aktual. Plotmu saat berbohong sangat berantakan, Sayang. Cacat di sana sini, berlubang di bagian kanan kiri, kurang sempurna di semua sisi. Bagaimana aku bisa memercayai? Pembohong kelas teri.
Haruskah aku bercerita lagi, tentang kebohonganmu yang berusaha kutolerir setengah mati? Tentang janji manismu yang tak pernah kautepati? Tentang mimpi-mimpi yang kauhancurkan sendiri? Bercerminlah wahai kamu yang merasa paling sempurna, siapakah dirimu yang berani berkata dan berucap dengan sok bijaksana? Berjanji seenak jidat, lalu mengikari dengan mudah. Lucu, kamu ini pembohong yang tak punya ingatan yang tajam. Pembual bermulut besar, berhentilah membuat jengah, kamu semakin membuatku lelah.
Tadi, kamu menghubungi, lagi. Seperti biasa, seakan-akan kautak punya kesalahan. Kemudian, kamu bercerita. Iya, tentang hal yang sama, K-E-B-O-H-O-N-G-A-N-M-U. Kali ini bahkan lebih parah, lebih tak tentu arah, anehnya aku masih ingin menyediakan telinga. Kenapa? Aku kasihan padamu. Ternyata, selama kutinggalkan dan kuberi kesempatan, kaumasih saja sama, tak berubah sedikitpun. Bahkan, aku cukup terbelalak, mengetahui hobimu yang tetap saja sama, berbohong untuk menarik perhatianku. Mungkin, kauberpikir aku masih orang yang sama, orang yang bebas kaudongengkan setiap hari, dengan dongeng seribu satu malammu yang terdengar sempurna tapi bohong semua.
Kamu tak berbeda, Sayang. Tak ada yang berbeda. Seberapa frustasikah kamu hingga kehilangan cara untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang lagi? Dengan waktu singkat, dengan berlari tak pasti, kamu sibuk mencari pengganti. Dekati si ini, lalu dekati si itu. Berkenalan dengan si ini, lalu berkenalan dengan si itu. Kamu semakin membabi buta, hingga pada akhirnya, dengan sangat terpaksa dan terdesak, kamu memilih dia. Pacar barumu yang sama mengenaskannya denganmu.
Iya, aku tahu, tanpa kaujelaskan pun aku mengerti. Dia adalah pilihanmu yang terbaru, dan yang paling buruk setelah terlalu tersakiti oleh pengabaianku. Kamu seperti kehilangan cara untuk menemukan seseorang yang pas, bagaimana mungkin kaubisa menemukan yang pantas, ketika sikapmu selalu saja keras? Aku mengasihani dia, juga mengasihanimu, dan mengasihani kalian. Tentu saja, kamu dan dia seperti keledai yang tak pernah hapal jalan pulang. Berbelok, berputar arah, berlari, berjalan, terhenti, saling berbenturan dalam kebingungan. Bahkan dalam kebobrokan, kamu dan dia masih berusaha terlihat baik-baik saja. Pasangan sempurna, pandai bermain sandiwara.
Ceritakan padaku, apa yang sudah kaudapatkan dari dia? Biarkan aku tertawa untuk beberapa lama. Tak penting, yang kutahu, kamu sudah mendapatkan penggantiku dan seharusnya kamu tak lagi mengejarku. Nyatanya? Kamu masih terlalu lemah untuk menghancurkan kenangan kita. Iya, Sayang. Berhentilah menggelitik telingaku dengan gombalanmu. Aku paham, jika saat kita berpisah namun kamu masih sering berlari ke arahku, berarti kamu belum benar-benar mengikhlaskan kepergianku.
Kapankah kaumengikhlaskanku, Sayang? Tidakkah kamu muak dengan amarah yang selalu membuncah? Tidakkah kaubosan dengan nasehat-nasehat yang selalu kulontarkan ketika berbicara panjang lebar denganmu? Mengapa kaumasih saja kembali dan mengejar bayanganku? Aku lelah diikuti oleh seseorang yang bermulut besar sepertimu. Aku tak berani membayangkan, sebodoh apakah diriku ketika dulu bisa begitu mudah menerimamu?
Jadi, Sayang, dengarkan. Aku sudah mulai pusing dan lelah dengan gangguan yang kauciptakan. Berhentilah menghubungiku dan membohongiku, ingatlah statusmu, juga kekasih barumu. Tak mengertikah kamu, si bodoh itu, pacar barumu begitu mudah memercayai kebohonganmu? Tak pahamkah kamu rasa sakit yang akan ia rasakan ketika tahu mulutmu hanya penuh dengan racun yang manis sesaat? Berhentilah menyakiti siapapun yang ada di sekelilingmu, mereka memberi kesempatanmu untuk berubah, jika kautak kunjung berbeda, jangan salahkah dunia saat kaukesepian dan selalu merasa sendirian.
Berbahagialah dengan pilihanmu, Sayang. Bersukacitalah dengan kekasih barumu yang tak berbeda jauh denganmu. Mungkin saja, dia juga bermulut besar sepertimu. Mungkin juga, dia senang bercerita tentang janji dan khayalan yang terlampau membosankan. Iya, dia pasti tak berbeda jauh denganmu, karena kalian terlihat begitu serasi, sempurna. Dan, sekarang kamu tahu, soal kalian terlihat sempurna itu, aku hanya bercanda.
Tenanglah, aku tidak akan membuka kedok topengmu. Aku tidak akan bercerita pada banyak orang tentang kamu yang selalu mengaku sakit ini itu agar minta diperhatikan. Aku tidak akan mencibir sikap burukmu yang selalu membanggakan prestasi yang sebenarnya tak pernah kamu capai. Percayalah padaku, aku pandai menyimpan rahasia, bukan seperti kamu yang bermulut besar. Si pengubah cerita yang membuat cerita lebih berbeda. Si pengarang cerita yang benar-benar mengarang kejadian dan peristiwa fakta. Padahal, kalau dipikir-pikir, apa untungnya menceritakan hal-hal bodoh yang hanya membuat seseorang tertawa terpingkal-pingkal? Orang-orang di sekitarmu sudah sangat muak, Sayang. Mereka mulai menjauhimu namun kaumasih tak sadar juga. Hey, lihatlah! Siapa yang ada di sampingmu? Pacar barumu? Yang mungkin saja, suatu hari, akan menikammu, lebih berdarah dan juga lebih menghasilkan luka.
Aku tidak akan bercerita keburukanmu pada pacar barumu. Aku berbeda denganmu yang suka menyeret seseorang untuk membenci orang yang kaubenci. Aku tidak sama sepertimu yang suka menghasut seseorang dengan cerita palsu agar ia ikut terbodohi oleh omong kosongmu. Aku bukan orang yang senang menjelek-jelekan kamu, Sayang. Aku berbeda denganmu, sungguh.
Maka, biarkanlah pacar barumu tahu seberapa mengenaskannya kamu setelah dia menjalani yang dulu ia yakini. Maka, biarkanlah kekasih barumu memahami sendiri, bahwa kamu bukan sosok yang pantas dicintai. Akan ada waktunya dia tahu, kauhanya seseorang yang pandai merayu juga pandai membuat cerita lugu. Akan tiba waktunya dia tersakiti oleh sikapmu, dan menangis terpojok, menyesali pilihan yang sempat ia percayai. Akan ada saatnya dia mengerti, kamu hanyalah si mulut besar yang tak pernah paham arti dicintai dan mencintai.
Berhenti hubungi aku, atau kubunuh semua harapanmu!
0 comments