Dia ada, tapi dalam jarak yang terbentang, jauh tapi tetap benderang.
Ya. . . dialah orang yang paling kusayang
***
Tidak banyak diantara kita yang mempersiapkan hati untuk sebuah kehilangan, seperti dalam kisah singkat ini.
Mayang marah pada Lanang, pacarnya. Hari itu dia bête luar biasa dan memilih untuk ngambek, Lanang yang sedari tadi mencoba menenangkannya sama sekali tak diberi kesempatan untuk menjelaskan. Mayang paling bisa membungkam, memilih tak bicara, terdiam dan memposisikan diri seolah dia dia patung beku, tak ingin mendengarkan, memilih mengabaikan.
Lanang paling hafal adat keras Mayang dan dia memilih pergi, menghampiri scooter matic-nya lalu meninggalkan kos-kosan Mayang. Pada akhirnya Lanang memilih menyerah untuk saat ini dan mencoba ketika amarah Mayang melumer nanti.
Di perjalanan, otak Lanang masih tak berhenti memikirkan penyebab dinginnya sikap Mayang. Tahu benar sikap cewek yang telah dipacarinya selama lima tahun ini, maka sambil menunggu lampu merah berubah menjadi hijau Lanang mengecek Twitternnya dan benar saja, apa yang tak sanggup diucapkan lidah Mayang maka akan dituliskannya di media sosial. Tahu apa yang ditulis oleh Mayang?
@Mayang
@Lanang sampai kapan kamu punya waktu buat aku?
Lanang tersenyum, ternyata penyebab ngambeknya Mayang tak lebih karena dia tak punya waktu belakangan ini. Yah, Lanang terlampau sibuk mengurusi skripsi dan juga beberapa kegiatan dengan teman-temannya hingga pacarnya merasa diabaikan. Bermaksud menggoda pacarnya, Lanang meretweet dan mereply kicauan Mayang.
@Lanang
Sampai hari ini :P RT @Lanang sampai kapan kamu punya waktu buat aku?
Namun siapa yang mengira apa yang dituliskannya menjadi kenyataan, baru saja Lanang memasukkan Smart Phone miliknya ke saku, sebuah hantaman keras dari arah berlawanan menimpanya, sebuah mobil yang melaju dalam kecepatan tinggi baru saja menabraknya. Lanang meninggal di tempat, Lanang tak sadar sibuk memainkan handphone-nya di jalan raya malah membawa petaka baginya.
(Based on true story dengan sedikit perubahan, nama menggunakan alias)
Bisakah membayangkan bila kamu menjadi Mayang?
Baru saja membaca artikel dari VOA edisi 12 Juli yang berjudul Siapa Pewaris Akun Dunia Maya Setelah Anda Meninggal ? Membuatku berpikir bahwa ada benarnya betapa pentingnya account seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidup kita tiba-tiba telah tiada di sisi kita, tapi setidaknya account-nya merupakan pembuktian bahwa seseorang itu pernah ada di sana bersama kita semasanya hidup. Membaca ulang status facebook-nya, melihat lagi kicauan timeline-nya, mengecek lagi email-email yang pernah dikirikamkannya? Kehilangan seseorang yang kita sayang bukanlah hal yang mudah tapi mungkin kita perlu mengingat bahwa sebenarnya mereka tidak hilang, mereka hanya berpindah tempat.
Beberapa waktu lalu menjelang masuknya bulan Ramadhan aku mengecek ke account teman-temanku yang telah tiada, kupikir itu cara “berziarah” kepada mereka dan kuduga di wall mereka tertulis berbagai kerinduan dari mereka orang-orang yang menyayangi mereka. Ada perasaan haru saat membaca berbagai ungkapan kesedihan dari orang-orang yang ditinggalkan, setidaknya walau mereka telah tiada tapi mereka takkan pernah dilupakan.
RIP Arief |
RIP Syarief |
RIP Wendry |
0 comments