Sebagai manusia normal pada umumnya, kita tentu memiliki keinginan yang selalu dijadikan sebagai tujuan. Seringkali kita berjuang untuk tujuan tersebut tanpa tahu apakah yang kita kejar selama ini adalah hal baik untuk kehidupan kita? Tujuan saya menulis ini sebenarnya sederhana. Saya resah melihat banyak orang yang mengeluh karena tidak masuk unversitas impiannya, tidak diterima di sekolah yang dia idam-idamkan, atau tak masuk dalam jurusan kuliah yang dia pilih. Ini sekadar berbagi; bahwa sekecil apapun hal yang terjadi dalam hidup kita, tetap ada yang mampu dan harus kita syukuri.
Sewaktu masuk SMA, saya sangat ingin masuk di salah satu sekolah unggulan di bilangan Depok, Jawa Barat. Untuk masuk sekolah itu, saya harus menghadapi tes tertulis. Ketika nilai UN sudah diketahui oleh saya dan orangtua saya, saya masih harus belajar agar bisa diterima di SMA unggulan tersebut. Waktu saya habis untuk belajar dan belajar. Namun, pada akhirnya, saya tidak diterima di SMA tersebut. Kecewa? Pasti. Apa yang dirasakan manusia ketika usahanya tak berbuah sama sekali? Kekecewaan itu membawa saya pada sebuah SMA yang terletak di Jalan Raden Saleh, Depok. Tahukah kamu apa yang saya temukan di sana? Saya menemukan sahabat-sahabat yang baik dan bisa memahami saya. Saya mengenal seorang guru bahasa Indonesia terbaik yang pernah saya ketahui. Inilah yang saya butuhkan, yang berbanding terbalik dengan yang saya inginkan. Tuhan memberi hal yang saya butuhkan dan membuka mata saya bahwa hal yang saya inginkan mungkin saja tak sebaik hal yang saya butuhkan.
Kemudian, setelah lulus dari SMA, saya sangat ingin kuliah di Jogja. Jujur, entah mengapa, saya sangat "obsesif kompulsif" dengan banyak hal berbau Jogja. Saya mengikuti SNMPTN 2012, tanggal 6 Juli 2012, pengumuman SNMPTN sudah bisa diketahui hasilnya. Saya diterima di FIB UGM. Rasanya saat itu saya tidak mampu lagi bernapas. Beberapa hari kemudian, saya langsung pergi ke Jogja dan berusaha mengenali UGM. Dari rumah saya di Jogja, yang terletak di daerah Prawirotaman, saya cukup menaiki bus jalur 2. Saya sudah berusaha mengenali jalan menuju UGM. Sebelum waktu daftar ulang tanggal 17 Juli 2012, saya berusaha mengenali komplek UGM. 18 Juli 2012, saya mengikuti tes TOEFL di Balairung UGM bersama ribuan mahasiswa baru angkatan 2012. Selangkah lagi menuju UGM. Kebahagiaan masih merasuki perasaan saya, kebahagiaan itu cukup membuat saya lupa tentang hasil akhir SIMAK UI yang juga saya ikuti.
Sehari setelah mengikuti TOEFL untuk mahasiswa baru UGM, tanggal 19 Juli 2012, pagi-pagi sekali ayah saya menghubungi saya agar membeli koran Kompas dan melihat pengumuman SIMAK UI. Saya bahkan tidak ingat kalau pengumuman SIMAK UI sudah bisa dilihat tanggal 19 Juli, kebahagiaan diterima di UGM masih menyilaukan perasaan saya. Pagi itu, saya segera membeli koran dan mengecek nomor ujian saya. Saya diterima di FIB UI. Entah mengapa, perasaan saya langsung campur aduk. Ayah saya memberikan saya pilihan.Akhirnya, dengan banyak pemikiran, saya memilih UI dan mencoba mengikhlaskan UGM. Saat itu, saya agak was-was dengan pilihan saya. Saya sudah terlanjur mengenal kemudian jatuh cinta dengan hal-hal manis dan menyenangkan di UGM, apakah saya harus memulai lagi mengenal UI lalu mencoba mencintai universitas tersebut?
Saya butuh beberapa bulan untuk membuka mata bahwa yang saya inginkan ternyata berlawanan dengan yang saya butuhkan. Tuhan kembali membantu saya mengenali hal yang sesungguhnya lebih saya butuhkan. Di jurusan kuliah saya sekarang, saya menemukan banyak orang yang memahami saya dan mengerti jalan pikiran saja. Saya juga bersyukur bisa diajari dosen yang kocak, humoris, namun tetap serius. Iya, apa yang kita inginkan seringkali bukanlah yang kita butuhkan. Tuhan pasti membuka jalan dan memberi kita waktu untuk memahami rencanaNya.
Jadi, bagi siapapun yang masih merasa menyesal masuk ke sebuah universitas yang tak diharapkan, masih meratapi nasib tidak diterima di jurusan yang diinginkan, dan masuk ke sebuah sekolah yang tak dijadikan tujuan; percayalah, sebenarnya Tuhan sedang bekerja dalam rencanaNya yang kadang tak benar-benar kaupahami. Apa yang kauinginkan tak selalu pas dengan yang kaubutuhkan.
Tuhan pasti memberitahu, hanya butuh waktu.
0 comments