MIMPI DI MINNETONKA, Puisi Sitok Srengenge
Sunyi menggenang di bawah amuk taring angin
seperti Telaga Minnetonka di musim dingin
Kudengar kertak, ranting lepas dari dahan
gema jarak—tangan yang rindu pelukan
Gairahku tumbuh, memisah diri dari badan
menjelma kau, telanjang bagai bulan
Kupejam mata, membayangkan sentuhan lembut
jilatan-jilatan cahaya pada batu berlumut
Mungkin sudah saatnya kubunuh sepi bedebah ini
sebelum sempat ia sentuh jerambah hati
Mungkin aku harus berjalan ke arah senja
mengikuti jejak hantu perempuan Indian tua
Jalan langit telah terbakar sampai ke hulu
merah-padam, darah-dendam leluhur yang diburu
Ke Minnetonka mereka menyebar dan sembunyi
di seputar tempayan besar yang dijaga naga api
Tuan-tuan penungang kuda, para centaur dari bulan
mengirim dendam rawa, mengembus nafas bersawan
Menebar kabut merah dari lembah, lebah api
menyengat yang mati terbelah, yang hidup mati
Kini kematian itu mengepungku, genangan rindu
seperti Telaga Minnetonka yang menunggu
Kudengar kepak, Elang Besar, pemimpin kaum unggas
memekik dan melesat di bawah langit musim panas
Berlaksa panah berkilatan, garis-garis cahaya dari timur
menujah bebayang masa silam, lebur bagai daun gugur
Bercak darah, kuntum-kuntum bunga merekah
seorang lelaki, datang dari entah, menyanyi lagu indah
Tunggu aku, tunggulah di tepi telaga itu, cintaku
kubawakan kano dan dayung, bebilah rinduku, untukmu
Kubayangkan kaulah yang bernama Cinta
telanjang bagai bulan, melampaui nyala segala bunga
Dan akulah yang kautunggu, lelaki entah dari mana,
pencipta perahu dan dayung dan telaga dari kata
Sesuntuk malam kita mengambang di air yang tenang
bagai dua kuntum kembang bakung di bawah bulan
Gairah kita membangkitkan arwah para martir
fosfor memancar dari tulang-tulang di bawah air
Kubuka mata, kutemu kau sebening langit pagi
gerak rambutmu seliar ilalang dicumbu angin prairi
2001
0 comments