sungguh ingin aku bercerita, banyak sekali. tapi taklah mungkin kau merasa indah, sebab mata, telinga, hati--lebih dulu mewakilimu, ke semua aksara di luar sana.
: malam. dengan kanvas kelamnya, menghamparkan bintang-bintang, juga kerlip kunang-kunang di matamu. bulan yang berputar, dalam setiap lengkungnya bisa kau rebahkan di pangkuan, juga di pembaringan, memanjakan rebah dengan orkestra musik seniman senyap; jangkrik, kodok, kepak kelelawar dan lengking burung hantu, lolong srigala--hutanlah, hatimu merimbun. sampai embun.
: siang. biru di awal pagi ke ujung senja. kuning keemasan hingga semerah tembaga, mata dimanja cahaya. kemudian telinga, sebising ambisi di pundak-pundak menangga, kaki. hatimu melenguh. sampai peluh.
pada tiap-tiap waktu, sungguh ingin aku bercerita. tapi, taklah mungkin kau merasa indah. mata, telinga, hatimu mampu membaca: ceritaku taklah sempurna, manapula indah
: Dia.
Bogor, 14 Maret 2013
0 comments