Ini surat yang entah keberapa. Tulisan bodoh dari gadis tolol yang tak pernah kaugubris sama sekali. Tulisan di sini tentu saja tak pernah kaubaca, kaulihat, apalagi kaupahami. Di sini, ada seseorang yang setia menulis tentangmu setiap minggu, setiap hari Kamis, meskipun setiap mengingatmu hatinya selalu teriris.
Kali ini, aku ingin bercerita tentang seorang wanita yang sedang sangat sibuk untuk melakukan banyak hal. Berusaha mencari kesibukan baru agar dia tak lagi punya celah untuk mengingatmu. Wanita ini, tentu saja kaupernah mengenalnya. Dia pernah jadi bagian dalam hari-harimu meskipun hanya satu minggu. Lucu, ya, betapa pertemuan satu minggu bahkan bisa melekat selama dua belas minggu. Wanita ini adalah tempat kausempat berbagi tawa dan canda, sebelum akhirnya kaumembuat dia terluka.
Ini masih awal cerita, sekarang dia sudah jadi wanita yang berbeda. Dua belas minggu setelah kepergian kamu, dia berusaha untuk melepaskan kamu dari hati dan ingatannya. Wanita ini berjuang sangat keras. Dia mencari teman curhat, mencari orang-orang yang senasib dengannya, dan berkenalan dengan sosok-sosok baru. Hingga pada akhirnya dia tahu, bahagimana dirimu yang sebenarnya.
Iya, dia tahu bagaimana dirimu, Sayang. Wanita itu tahu topeng yang selalu kaugunakan. Dia mencari orang-orang yang dulu sempat kausakiti. Teka-teki itu terjawab, penyakitmu memang sama; seringkali meninggalkan wanita saat wanita itu sedang berada dalam posisi sangat tidak ingin kehilangan kamu.
Tapi, kembali ke bagian awal. Dia wanita bodoh, perempuan tolol yang mau-maunya kaujadikan pelarian, bukan tujuan. Bahkan, ketika dia tahu semua kebohonganmu, dia sama sekali tak ingin membencimu. Dalam rasa sakitnya, dia seringkali bertemu Tuhan. Bercerita dengan bulir air mata di pipinya. Mengadu dengan bibir membeku; dia menyesali segala kebodohannya. Mengapa dia menerima kamu begitu mudah namun melepaskanmu begitu susah?
Sayang, wanita itu tahu sekarang kamu sudah lebih bahagia. Dari dunia seratusempatpuluh karakter, dia bisa menduga; bahwa kamu sudah jadi pria yang berbeda. Kamu bukan lagi matahari yang menghangatkan mendungnya. Kamu bukan lagi lembayung yang mewarnai sisi gelapnya. Kamu sekarang jadi awan hitam, Sayang. Kamu jadi biru paling kelabu, sebab air matanya tak pernah surut– selalu mengalir untukmu.
Kali ini, ceritanya masih sama. Wanita ini begitu tahu kamu suka kue keju. Dia mengajakmu bercakap-cakap malam itu. Ada rasa rindu di dadanya, ada rasa hampa karena kekosongan yang selama ini dia lewati tanpamu. Kadang, kamu tak tahu perasaan seseorang yang begitu bahagia bisa berbicara denganmu, meskipun kamu mengartikan pembicaraan itu hanyalah pembicaraan biasa. Tapi, Sayang, wanita ini berbeda. Segala hal tentangmu, tak pernah kecil di matanya.
Cahaya Penunjukku. Waktu menulis ini, wanita yang kuceritakan tadi sudah tak lagi bisa menulis banyak tentangmu. Tepat dua belas minggu setelah kepergian kamu, ternyata dia sadar bahwa ada yang perlu diperjuangkan, selain rasa rindunya terhadapmu. Kamu yang begitu berbeda telah begitu menyakiti hatinya. Mengapa kamu tak tahu, Sayang? Bahwa orang yang paling tersakiti oleh perubahanmu adalah orang yang paling mencintaimu, meskipun kamu selalu menganggap dia abu-abu.
Malam ini, sepertinya masih sama. Wanita itu ingat betapa setiap malam, selama satu minggu itu, kamu selalu menyapa dia dengan sapaan paling manis. Suaramu lembut terdengar dari ujung telepon. Dia bahkan tak tahu mengapa dia harus mencintai pria berantakan seperti kamu. Cintanya meledak begitu saja, ketika kaubuat dia nyaman, ketika kaubuat dia begitu mencintaimu, mengapa kaumalah membiarkan dia mengigil karena kepergianmu?
Dengan bekas lukanya yang belum benar-benar sembuh. Dia masih berusaha terus melupakanmu, dia berusaha melangkah dengan kekuatan sendiri. Kamu tak tahu, Sayang, dia begitu kuat, lebih kuat daripada yang kaubayangkan. Memang, dia belum seratus persen melupakanmu. Tapi, dia percaya waktu itu akan datang, saat dia bebas menertawakan lukanya dan kamu justru yang berbalik menangisinya.
Oke, sudah hampir dua belas peragraf. Wanita ini cuma mau bilang padamu, Cahaya Penujukku, bahwa sebenarnya dia belum bisa melupakanmu. Sebenarnya juga, masih ada cinta dalam hatinya. Tapi, dia berusaha tak lagi menggubris perasaannya sendiri, karena dia tahu; kamu yang seperti dulu tak akan pernah kembali.
Oh, iya, kamu mau tahu, ya, siapa wanita itu? Baiklah. Aku menyerah. Wanita itu adalah....
0 comments