REVIEW FILM "SAPU TANGAN FANG YIN"


Panggil saja dia Fang Yin. Hamparan rumput harum artinya. Fang Yin, yang setiap malam menangis. Trauma. Selalu teringat peristiwa pahit yang menimpanya. Ditemani sapu tangan pemberian kekasihnya, Albert Kho, Fang Ying hidup dalam bayang-bayang masa lalunya.




Tiga belas tahun lalu, Fang Yin, bermimpi untuk menampung anak-anak tidak mampu agar bisa belajar. Bersama kekasihnya, Fang Yin berjuang untuk mencapai mimpi-mimpinya.





Namun, kenyataan berkata lain. Kerusuhan Mei 1998 mengubah kehidupannya. Hari ini tidak ada hukum. Huru-hara di mana-mana. Gerakan anti Cina.Massa memasuki rumah-rumah warga keturunan. Menyeret para penghuni, menghajar para pria dan menganiaya para wanita. Termasuk Fang Yin yang menjadi korban. Keperawanannya terenggut.



Banyak warga keturunan Tionghoa yang bernasib seperti Fang Yin. Tercatatat 78 warga keturunan yang mengalami perkosaan dan 85 orang mengalami kekerasan seksual.lainnya. Trauma mendalam. Seorang guru spiritual mencoba membantunya. Katanya dengan tenang, ““Keikhlasan akan mengalahkan kemalangan. Keyakinan akan mengalahkan derita”.


Ribuan keturunan Tionghoa meninggalkan Indonesia. Termasuk Fang Yin yang berpindah ke Amerika. Minggu-minggu pertama di Amerika , Fang Yin belum tersadar apa yang sebenarnya terjadi. Jiwa dan raganya lemah.


Raisa, psikolog mencoba membantunya. Tidak mudah bagi Fang Yin untuk kembali seperti dulu. Senyumannya lenyap. Seorang Fang Ying yang ceria, tidak mudah putus asa kini telah berubah.






Fang Yin, yang merindukan Albert. Fang Yin yang membutuhkan kehadiran Albert. Tetapi keinginannya sia-sia. Entah kemana Albert berada. Hanya sapu tangan pemberian Albert yang selalu menemaninya.





Fang Yin, yang selalu ketakutan ketika ada segerombolan orang. Ketika tidur, terasa mereka mendatanginya. Trauma masih menghantui. Beberapa kali Fang Yin mencoba bunuh diri. Tetapi dengan bantuan Raisa, Fang Yin beranjak sembuh.






Fang Yin akhirnya memutuskan kuliah lagi. Banyak laki-laki yang mendekatinya, tetapi Fang Yin selalu menolaknya. Meski jiwanya mulai pulih, bayang-bayang Albert Kho tidak bisa hilang begitu saja.
 


Tiga belas tahun berlalu. Indonesia kembali stabil. Ayah Fang Yin pun kembali ke Indonesia. “Fang Yin, kau anak Indonesia sejati”, begitu nasehat ayah Fang Yin. Tetapi Fang Yin bersikeras. Dia benci INDONESIA.



Lama-kelamaan, kemarahan Fang Yin mulai reda. Mimpi-mimpi yang terkubur. Dia ingin berguna bagi sesamanya. Sapu tangan, saksi satu-satunya, trauma masa lalu. Tentang Albert Kho yang telah menjadi milik orang lain. Kemarahan pada Indonesia dan kesakitan akan masa silam. Tentang dirinya yang lama. TERBAKAR.




Fang Yin lahir kembali. Indonesia masuk kembali ke dalam kalbunya. Negeri ini menjadi cermin dirinya untuk terus berubah. Indonesia harus bisa menang melawan masa lalu. Seperti dirinya. INDONESIA BARU.

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Evo Sastra
Designed by Evo Sastra
..
Back to top