Senyuman di belakang Panggung

Aku kira, aku sudah berhasil melupakan segala macam tentangmu. Kupikir aku siap membuka hatiku untuk seseorang yang baru. Aku yakin bahwa aku siap membuka mata dan hatiku pada orang baru yang akan membahagiakanku. Usahaku begitu keras untuk mematikan perasaan ini. Segalanya memang tak mudah karena perjuangan yang kulakukan terus berlanjut. Tak mudah mematikan perasaan pada seseorang yang bisa kita temui setiap hari. Kamu sudah jadi bagian dari hari-hariku, hampir setiap hari aku melihatmu. Perubahan yang begitu berbeda membuatku sulit menerima bahwa kita tak lagi sama. Aku melihatmu setiap hari dan untuk menganggap bahwa kita tak pernah punya perasaan yang spesial sungguh bukanlah hal yang mudah.

Apa saja yang kita lakukan selama rentetan bulan kebersamaan kita. Aku juga tak tahu apakah aku dan kamu bisa disebut punya hubungan atau tidak, karena semua berjalan dalam ketidakjelasan. Penyatuan kita juga tak menemukan titik temu. Mungkinkah dulu hanya aku yang berjuang sendirian? Mungkinkah dulu hanya aku yang inginkan kejelasan?

Kamu berbeda dari yang lainnya. Kamu sederhana, apa adanya, misterius, dan begitu sulit untuk ditebak. Wajahmu bukan pahatan seniman kelas dunia ataupun bikin pabrik yang jelas-jelas sempurna. Aku tak memikirkan bagaimana penampilanmu dan bagaimana caramu menata rambutmu. Aku mencintaimu karena begitulah kamu. Kamu yang sulit kutebak tapi begitu manis dalam beberapa peristiwa. Kamu yang menggemaskan dalam keadaan yang bahkan sulit kujelaskan. Aku sangat mencintaimu dan sekarang pun masih begitu. Sadarkah kamu?

Hari-hari kulewati dengan banyak pertanyaan. Apakah perasaanmu sedalam yang kuharapkan? Aku sedikit menangkap isyarat itu. Kamu mengajakku bicara dalam percakapan manis kita di pesan singkat. Kamu menghangatkanku di tengah dinginnya malam dengan candaan kecilmu. Bagaimana mungkin aku bisa begitu mudah melupakan hal-hal spesial yang sempat kulewati bersamamu? 

Kamu bisa dengan mudah melupakan segalanya. Kebersamaanmu dengannya sudah cukup menjawab semuanya. Aku bukanlah sosok yang kauinginkan. Aku bukan sosok yang kauharapkan. Menyakitkan bukan jika keberadaanku tak pernah kauanggap meskipun aku selalu hadir dalam tatapanmu? Aku berusaha semampuku untuk membahagiakanmu, namun nampaknya usahaku tak begitu terlihat di matamu.

Dulu, kita yang banyak berbincang, kini jadi banyak diam. Setiap hari aku berusaha menerima kenyataan dan perubahan itu. Setiap hari aku mencoba meyakinkan diriku bahwa suatu saat pasti aku bisa melupakanmu. Ketika melihatmu dengannya, ada luka yang tergores lagi. Kamu belum benar-benar kumiliki, tapi mengapa aku bisa sakit begini?

Pertemuan kita tadi seperti semangat yang kembali menemukanku di sudut yang dingin dan gelap. Aku selesai menyanyikan lagu sakit hati yang kuharap bisa sampai ke telingamu. Aku turun panggung dan menemukan sosokmu sedang duduk termenung. Kulambaikan tanganku dan mata kita bertemu.

Kamu tersenyum. Sederhana sekali. Ternyata, dari banyaknya pengabaian dan rasa sakit yang kauberikan; aku masih bisa mencintaimu.

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Evo Sastra
Designed by Evo Sastra
..
Back to top