Kamu dan Saya. Selingkuh?

“Aku juga ingin menghabiskan valentine dengan seseorang yang bisa kujadikan kesayangan. Aku juga ingin bahagia. Seperti kamu dan dia.” - Kamu dan Saya. Selingkuh?

Kita tidak pernah merayakan Hari Kasih Sayang bersama. Tentu saja tidak. Aku hanya kautemui secara sembunyi-sembunyi. Lupakan makan malam, coklat, bunga, boneka, apapun itu yang mungkin terlihat romantis. Tentunya, kamu lebih ingin menghabiskan saat-saat indah itu bersama dia, wanita pilihanmu yang memiliki status yang jelas denganmu. Aku memang selalu jadi prioritas; prioritas kedua.

Ada saat-saat dalam hidupku ketika aku meyakini bahwa ini hanya sementara. Bahwa aku tidak selamanya jadi yang kedua. Bahwa aku tidak selamanya kasembunyikan. Saat-saat itu, aku percaya bahwa akhirnya kauakan memilihku, meninggalkan dia, dan menjadikanku satu-satunya wanita yang bisa membuat detak jantungmu berdegup lebih cepat. Kadang aku mengira, bahwa menjadi prioritas kedua adalah perih yang harus kuterima sebelum merasakan bahagia. Untuk kebahagiaanku, kebahagiaanmu, dan (mungkin) untuk kebahagiaan kita.

Tetapi hari demi hari berlalu, dan keyakinanku mulai menyentuh ragu titik jenuh. Kenyataan bahwa sesungguhnya aku sendiri atau bersamamu benar-benar menghantui hari-hariku. Ketidaktahuan bahwa aku milikmu atau kamu milikku, benar-benar menjadikan dunia terlihat fatamorgana di mataku. Kita seperti dua anak kecil bodoh yang bermain petak-umpet, hanya tahu bersembunyi tanpa mengetahui ada yang mengejar, mencari atau mungkin mengamati. Aku ketakutan. Aku menangis, menahan, berteriak dalam diam. Bibirku melengkungkan senyum palsu.

Aku bosan dengan perih yang menyiksaku. Aku bosan sesegukan meratapi kamu. Aku bosan dengan awan hitam yang mengikutiku. Aku menginginkan matahari. Aku gemetaran karena dinginnya hujan, aku menginginkan musim panas. Aku tak lagi nyaman dengan sakit yang kubuat sendiri. Aku rindu memiliki seseorang yang bisa kujadikan kesayangan. Aku tak lagi nyaman dengan siksaan yang kurasakan karena harapan-harapan dan angan-angan yang aku reka-reka sendiri. Jika aku mengingkan dunia tersenyum, aku juga harus berbagi senyum padanya.

Jadi, izinkan aku untuk jatuh cinta pada seseorang, selain kamu. Dengan seseorang yang membuatku tertawa, bukan menitikan air mata. Dengan seseorang yang akan menggenggam tanganku dan mengatakan pada dunia bahwa aku adalah kesayangannya. Dengan seseorang yang tidak segan menjadi pundak saat aku menangis. Dengan seseorang yang mengatakan pada dunia bahwa aku miliknya dan tidak harus disembunyikan dari sorot mata yang memperhatikan tingkah aku dan dia.

Selama ini, bersamamu, aku lupa apa artinya cinta. Aku lupa artinya jantung yang berdetak hebat, pipi yang memerah, tangan yang gemetaran, aku lupa. Kamu terlanjur membuatku percaya bahwa cinta adalah kesabaran menjadi orang ketiga. Dan dengan mahamegatolol, aku meyakininya. Hari ini, aku menyadari betapa aku terlalu lama menyiksa diriku sendiri demi harapan kosong yang kamu rancang sedemikian rupa sehingga terlihat nyata. Kita, yang ada di depan matamu, tapi sama sekali tidak pernah kaulihat. Kita, yang nyata tapi mungkin bagimu tak pernah ada.

Aku juga ingin menghabiskan valentine dengan seseorang yang bisa kujadikan kesayangan. Aku juga ingin bahagia. Seperti kamu dan dia.

Dan, jika bahagia berarti berhenti menunggumu, jika itu berarti harus melupakanmu, tak mengapa. Aku hanya ingin melindungi perasaanku yang hampir mati. Aku hanya mencegah agar kelenjar air mataku tidak kosong dan kering hanya karena kamu. Jika tersenyum berarti berhenti memikirkanmu, akan aku lakukan. Karena, aku juga pantas menjadi kesayangan dan dicintai seseorang, menjadi wanita yang diketahui bukan disembunyikan.

0 comments

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Evo Sastra
Designed by Evo Sastra
..
Back to top